Sebuah studi menemukan bahwa kontaminasi PFAS dalam air minum terkait dengan peningkatan insiden kanker pada sistem pencernaan, endokrin, rongga mulut/faring, dan pernapasan. Rasio insiden untuk kanker rongga mulut/faring akibat PFBS adalah yang tertinggi. Diperlukan tindakan mitigasi untuk mengurangi risiko ini.
Menurut sebuah studi yang diterbitkan pada 9 Januari di Journal of Exposure Science & Environmental Epidemiology, terdapat hubungan antara zat per- dan polifluoroalkil (PFAS) dalam air minum dan insiden kanker. Penelitian ini melibatkan analisis data dari 2016 hingga 2021 yang menunjukkan bahwa paparan PFAS berhubungan dengan peningkatan risiko kanker pada sistem pencernaan, endokrin, rongga mulut/faring, dan pernapasan. Rasio insiden untuk jenis kanker tersebut bervariasi dari 1,02 hingga 1,33, dengan rasio tertinggi untuk kanker rongga mulut/faring akibat PFBS (1,33). Selain itu, PFAS juga berhubungan dengan leukemia dan beberapa jenis kanker lainnya pada pria dan wanita.
PFAS adalah kelompok bahan kimia yang sering ditemukan dalam air minum dan terkait dengan berbagai efek kesehatan. Studi ini berfokus pada hubungan antara paparan PFAS dalam air minum dan peningkatan insiden kanker pada berbagai sistem tubuh. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari pemantauan kontaminan yang tidak diatur, yang memungkinkan peneliti mengevaluasi dampak PFAS terhadap kesehatan masyarakat.
Penelitian ini menunjukkan bahwa PFAS dalam air minum dapat berkontribusi signifikan terhadap peningkatan insiden kanker, dengan estimasi kasus baru mencapai 4.626 hingga 6.864 per tahun. Penulis studi menekankan pentingnya pengembangan strategi yang efektif untuk mengurangi risiko kanker akibat paparan PFAS. Tindakan mitigasi diperlukan untuk melindungi kesehatan masyarakat.
Sumber Asli: www.mcknightsseniorliving.com