Beban Ekonomi Kanker Payudara yang Meningkat di India

Studi memperkirakan bahwa jumlah kasus kanker payudara di India akan naik 50.000 setiap tahun dengan beban ekonomi mencapai $19,55 miliar pada 2030. Kanker payudara kini menjadi penyebab kematian kelima terbesar, dengan dampak ekonomi yang semakin berat bagi pasien, terutama di kalangan masyarakat rendah ekonomi. Kebijakan dukungan dan pencegahan sangat diperlukan.

Berdasarkan studi terbaru, jumlah kasus kanker payudara di India diperkirakan meningkat 50.000 setiap tahun, dengan beban ekonomi mencapai sekitar $19,55 miliar per tahun pada tahun 2030. Penelitian ini menyebutkan tingkat peningkatan kasus sekitar 5,6% dan menggunakan model autoregressive integrated moving average (ARIMA) untuk memprediksi dampak ekonomi di India.

Kanker kini menjadi penyebab kematian kelima terbesar di India, menyumbang 5,7% dari semua kematian. Setiap tahun, terjadi peningkatan sekitar 11,5% dalam insiden kanker dan 13,8% kematian terkait kanker. Penelitian yang dilakukan di beberapa negara bagian menunjukkan bahwa pasien kanker payudara, terutama dari kalangan ekonomi lemah, mengalami tekanan finansial yang parah.

Denny John, Profesor Kesehatan Masyarakat, memperingatkan bahwa nilainya sebenarnya lebih tinggi akibat devaluasi mata uang dan biaya di fasilitas kesehatan swasta. Menurutnya, “Kami hanya mempertimbangkan biaya pengobatan hingga 2021 karena data yang terbatas.” Ia juga menyebutkan faktor-faktor seperti genetika, gaya hidup, dan konsumsi makanan olahan sebagai penyebab utama peningkatan kasus.

Dalam 26 tahun terakhir, angka insiden kanker payudara pada perempuan telah meningkat 39,1%. Tren menunjukkan bahwa penyakit ini terjadi lebih banyak pada perempuan muda di India dibanding negara barat, yang diakibatkan oleh keterlambatan diagnosis dan pengobatan. Studi menunjukkan bahwa beban ekonomi kanker payudara meningkat dari $8 miliar pada 2021 menjadi $19,55 miliar pada 2030.

Sebagian besar pasien mengalami rendahnya tingkat aktivitas fisik dan kurangnya asuransi kesehatan, mengakibatkan pengobatan sulit dijangkau. Sekitar 14,2% pasien menghentikan pengobatan, sementara hanya 9% yang memiliki asuransi. Kanker payudara juga terkait dengan komorbiditas tinggi seperti hipertensi dan diabetes, menambah beban pengeluaran.

Dr. John menekankan pentingnya kebijakan yang mendukung wanita sebagai bagian dari tenaga kerja. “Ini adalah panggilan untuk perusahaan-perusahaan India agar mengadopsi kebijakan yang mendukung karyawan mereka.” Rekomendasi dari studi ini mencakup skrining rutin untuk populasi berisiko tinggi dan meningkatkan akses pada asuransi kesehatan.

Dengan menggunakan model ARIMA, studi ini berharap dapat membantu pembuat kebijakan dalam merencanakan anggaran kesehatan dan memastikan alokasi dana mencukupi untuk mengatasi beban kanker yang meningkat. Pengenalan teknik deteksi dini dan peningkatan pilihan pengobatan, terutama di daerah pedesaan, dapat mengurangi dampak finansial penyakit ini.

Studi ini mengangkat masalah kanker payudara di India yang semakin meningkat, bersamaan dengan tekanan ekonomi yang ditimbulkan akibat perawatan dan pengobatan yang mahal. Riset ini menggambarkan tren yang mengkhawatirkan terkait dengan insiden kanker dan perlunya dukungan sistem kesehatan dan kebijakan yang lebih baik untuk menangani tantangan ini.

Peningkatan kasus kanker payudara di India dengan dampak ekonomi yang signifikan menunjuk pada perlunya perhatian yang lebih besar. Kebijakan yang efektif, dengan fokus pada pencegahan, deteksi dini, dan dukungan finansial dapat membantu mengurangi beban ini. Prioritas pada gaya hidup sehat dan akses ke perawatan yang terjangkau sangat penting untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.

Sumber Asli: www.thehindu.com

About Malik Johnson

Malik Johnson is a distinguished reporter with a flair for crafting compelling narratives in both print and digital media. With a background in sociology, he has spent over a decade covering issues of social justice and community activism. His work has not only informed but has also inspired grassroots movements across the country. Malik's engaging storytelling style resonates with audiences, making him a sought-after speaker at journalism conferences.

View all posts by Malik Johnson →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *