Studi dari Karolinska Institute dan Rumah Sakit Anak Astrid Lindgren menunjukkan bahwa respons imun anak terhadap kanker berbeda tergantung usia dan jenis tumor. Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya pengembangan imunoterapi yang disesuaikan untuk anak-anak, dengan fokus pada pemahaman sistem kekebalan yang masih berkembang dan pengaruh dari faktor-faktor genetik serta lingkungan.
Penelitian terbaru dari Karolinska Institute dan Rumah Sakit Anak Astrid Lindgren di Swedia menunjukkan bagaimana sistem kekebalan anak merespons berbagai jenis kanker berdasarkan usia mereka. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Cell ini memberikan wawasan penting mengenai imunitas sistemik pada pasien kanker pediatrik, berimplikasi pada pengembangan terapi imun yang khusus untuk anak.
Imunoterapi, yang memanfaatkan sistem kekebalan tubuh untuk menyerang sel kanker, menunjukkan harapan besar. Namun, keberhasilan terbatas pada terapi ini di populasi anak menekankan pentingnya pemahaman lebih dalam tentang bagaimana sistem kekebalan anak yang sedang berkembang berinteraksi dengan tumor.
Penelitian melibatkan 191 anak berusia 0-18 tahun yang didiagnosis dengan berbagai tumor padat, seperti neuroblastoma, tumor Wilms, dan limfoma Hodgkin. Para peneliti bertujuan untuk memahami kompleksitas respons imun pada anak guna mendukung pengembangan pendekatan terapeutik yang spesifik.
Temuan utama menunjukkan bahwa imunitas sistemik bervariasi berdasarkan usia dan jenis tumor. Berbeda dengan orang dewasa, tumor anak sering kali memiliki lebih sedikit mutasi dan peradangan, yang dapat mengakibatkan respons imun yang lemah. “Hal itu berarti tumor tampak kurang asing bagi sistem imun dan karenanya, sistem imun tidak menyerang tumor dengan keras,” kata penulis bersama Petter Brodin.
Penemuan ini menegaskan pentingnya strategi usia-spesifik dalam pengobatan kanker anak. Kemampuan sistem imun untuk mengenali dan menyerang sel tumor sangat dipengaruhi oleh kematangan sistem imun. Peneliti juga menemukan hubungan antara tingkat mutasi tumor dan infiltrasi sel imun, di mana tumor pediatrik umumnya menunjukkan beban mutasi tumor yang lebih rendah dibandingkan tumor dewasa.
Respon klonal sel T yang diperluas sangat penting untuk kekebalan anti-tumor yang efektif. Penelitian menunjukkan bahwa respon sel T yang diperluas jarang terlihat pada anak saat diagnosis, namun dapat ditingkatkan selama perawatan. Temuan ini memberi harapan untuk intervensi terapeutik yang dapat meningkatkan respons ini.
Penelitian ini juga mengungkap alasan mengapa terapi imun yang ada, seperti inhibitor checkpoint, memiliki hasil terbatas pada anak. Terapi ini bergantung pada sel imun yang teraktivasi sebelumnya, tetapi sistem imun anak seringkali tidak siap melawan tumor. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi alternatif yang memfokuskan pada pemicu respons imun.
Penelitian ini mengintegrasikan pemantauan imun sistemik dengan analisis genom tradisional, membuka kemungkinan baru dalam pengobatan presisi di onkologi pediatrik. Ini menunjukkan potensi pengobatan yang dipersonalisasi dengan mempertimbangkan karakteristik tumor dan profil imun unik anak. Peneliti mencatat bahwa kelompok tumor tertentu dapat memicu respons imun sistemik yang mirip, membantu dalam pengujian diagnostik dan biomarker.
Kanker anak merupakan tantangan besar dalam bidang kesehatan, dan pemahaman mengenai bagaimana sistem kekebalan anak berinteraksi dengan tumor sangat penting. Penelitian ini menjelaskan faktor yang mempengaruhi efektivitas terapi imun, yang saat ini memiliki keberhasilan terbatas diantara anak-anak. Menggali seberapa kompleks respons imun ini akan memungkinkan pengembangan terapi yang lebih disesuaikan dan efektif.
Penelitian ini menyoroti pentingnya memahami variasi respons sistem imun anak terhadap kanker berdasarkan usia dan jenis tumor. Ini menekankan kebutuhan untuk strategi medis yang lebih presisi dan menyediakan arah untuk terapi imun di masa depan, terutama yang memfokuskan pada respons awal dari sistem imun anak.
Sumber Asli: www.insideprecisionmedicine.com