Lab Chang di Princeton merilis penelitian penting tentang deteksi tembaga dalam sel kanker paru-paru. Penelitian menunjukkan potensi chelasi tembaga sebagai terapi yang dapat meningkatkan kematian sel kanker dengan NRF2 tinggi. Temuan ini menghubungkan tembaga dengan stres oksidatif dan pentingnya keseimbangan nutrisi logam bagi kesehatan.
Lab Chang di Princeton Chemistry mengembangkan probe sensori untuk mendeteksi tembaga dalam sel manusia, yang dapat membantu memahami regulasi pertumbuhan sel pada kanker paru-paru. Penelitian ini menunjukkan potensi terapi yang menggunakan chelasi tembaga untuk mengatasi kanker paru-paru, di mana sel kanker menunjukkan faktor transkripsi yang bereaksi kuat terhadap stres oksidatif namun memiliki level tembaga bioavailable yang rendah.
Sejak tahun lalu, lab ini telah meletakkan fokus pada nutrisi logam, dimulai dengan besi dan kini beralih ke tembaga. Dalam penelitian terbaru, probe sensor histokimia digunakan untuk mengidentifikasi jenis sel kanker dengan kadar tembaga tinggi, mengingat keseimbangan tembaga yang tepat sangat penting bagi kesehatan dan dapat mempengaruhi pertumbuhan kanker.
Penelitian ini juga menghubungkan tembaga dengan faktor transkripsi NRF2, yang terlibat dalam respons antioksidan. Tingginya kadar tembaga dapat meningkatkan stres oksidatif dalam sel, sehingga penelitian berfokus pada kolerasi antara NRF2 dan tingkat tembaga dalam sel kanker.
Tim peneliti menemukan bahwa sel kanker dengan tingkat NRF2 tinggi mengalami lebih banyak kematian sel ketika diobati dengan chelator tembaga, yang menunjukkan bahwa chelasi tembaga dapat dijadikan strategi terapeutik yang menjanjikan untuk kanker paru-paru. Meskipun hasil penelitian ini masih berupa bukti konsep, penelitian ini dapat membuka jalan bagi pengembangan lebih lanjut dalam bidang biologi sel dan terapi kanker.
Penelitian mengungkapkan bagaimana tembaga berperan dalam regulasi pertumbuhan sel kanker. Imbalance tembaga dalam sel diketahui berkontribusi terhadap pertumbuhan kanker, menjadikannya target penelitian vital. Chelaasi tembaga sebagai terapi berpotensi membantu kanker paru-paru, yang sering memiliki respons tinggi terhadap stres oksidatif. Peneliti berupaya untuk meningkatkan biomarker dalam memonitor aktivitas logam, yang dapat meramalkan kerentanan sel kanker terkait tembaga.
Penemuan baru dari lab Chang menunjukkan bahwa deteksi tembaga dalam sel dapat mengungkap cara baru untuk memahami dan mengobati kanker paru-paru. Terapi chelasi tembaga berpotensi menjadi metode baru dalam mengelola pertumbuhan sel kanker, terutama pada spesies yang memiliki respons tinggi terhadap stres oksidatif. Penelitian ini merupakan langkah pertama untuk memahami bagaimana unsur makanan dapat mempengaruhi penyakit kanker.
Sumber Asli: www.news-medical.net