Studi BESPOKE CRC menunjukkan bahwa tes ctDNA efektif dalam mendeteksi MRD pada pasien kanker kolorektal stadium II dan III setelah operasi. Kesimpulan menunjukkan hubungan negatif antara ctDNA positif dengan kelangsungan hidup bebas penyakit yang lebih buruk, membuka jalan untuk riset lebih lanjut dalam panduan perawatan kanker yang lebih baik.
Analisis akhir dari studi BESPOKE CRC, yang dipresentasikan oleh Purvi Shah, MD, di Simposium Kanker Gastrointestinal ASCO 2025, membahas potensi penggunaan tes DNA tumor sirkulasi (ctDNA) untuk deteksi penyakit residual molecular (MRD) pada pasien kanker kolorektal (CRC) stadium II dan III. Penelitian ini menyoroti pentingnya ctDNA positif dalam prognostik dan kemungkinannya dalam memandu keputusan pengobatan serta meningkatkan kelangsungan hidup bebas penyakit (DFS).
Studi BESPOKE CRC mencakup 1.001 pasien stadium II atau III CRC yang menjalani reseksi bedah dan dipantau menggunakan tes ctDNA yang diinformasikan oleh tumor. Sampel plasma dikumpulkan dari 2 hingga 12 minggu setelah operasi dan setelah kemoterapi adjuvan untuk menilai MRD dan hasil pasien. Endpoint kunci meliputi dampak tes ctDNA terhadap keputusan pengobatan, tingkat kekambuhan asimptomatik, dan kelangsungan hidup pasien tanpa MRD.
Hasil menunjukkan bahwa 62,4% pasien menerima terapi adjuvan; 25,9% dari pasien stadium II dan 91,3% dari pasien stadium III menjalani pengobatan ini. CtDNA positif terkait dengan DFS yang lebih buruk selama jendela MRD dan pemantauan, dengan 8,1% pasien stadium II dan 24,9% pasien stadium III terdeteksi ctDNA positif. Hal ini memberikan wawasan penting tentang risiko kekambuhan.
Pasien dengan hasil ctDNA positif mengalami DFS yang signifikan lebih buruk: untuk stadium II dengan HR 10,4 dan stadium III dengan HR 10,1. Perkiraan DFS pada 18 bulan untuk pasien tanpa MRD adalah 93%, sedangkan dengan MRD adalah 44,4%. Tren serupa juga terlihat selama periode pemantauan dengan tingkat ctDNA positif yang lebih tinggi.
Dampak penting dari studi ini adalah potensi ctDNA sebagai alat prognostik dalam mendeteksi MRD dan memprediksi risiko kekambuhan. Positifnya ctDNA mencerminkan risiko rendahnya DFS, yang mengarah pada optimasi pengobatan. Pasien ctDNA positif setelah operasi atau terapi mungkin membutuhkan pemantauan yang lebih intensif atau strategi terapeutik yang lebih agresif. Temuan studi ini membuka jalan untuk penelitian lebih lanjut mengenai strategi pengobatan berbasis ctDNA.
Studi ini mengkaji penggunaan tes ctDNA di antara pasien kanker kolorektal stadium II dan III setelah reseksi bedah. Dengan lebih dari seribu pasien yang terlibat, penelitian ini bertujuan untuk menilai efektivitas ctDNA dalam mendeteksi MRD, yang dapat memiliki implikasi signifikan bagi pengobatan dan manajemen selanjutnya. Kanker kolorektal merupakan salah satu penyebab utama kematian akibat kanker, sehingga pemantauan yang akurat sangat penting.
Studi BESPOKE CRC menegaskan bahwa ctDNA memiliki nilai prognostik yang tinggi dalam mengidentifikasi MRD dan risiko kekambuhan kanker kolorektal. Data menunjukkan bahwa ctDNA positif terkait dengan DFS yang lebih buruk, memberikan alat yang berguna untuk stratifikasi risiko dan optimasi pengobatan. Memperhatikan hasil ini, strategi pengobatan berbasis ctDNA perlu diteliti lebih lanjut.
Sumber Asli: www.docwirenews.com