Tantangan Penggunaan Inhibitor PARP Dalam Perawatan Kanker Ovarium

Studi real-world menunjukkan hampir 50% pasien kanker ovarium stadium lanjut yang mendapatkan pemeliharaan dengan inhibitor PARP mengalami kekambuhan. Penggunaan PARP yang lebih luas menghadirkan tantangan baru bagi onkologis dalam pengelolaan pascarekur. Penelitian ini menganalisis data dari 373 pasien terkait pola kekambuhan, pilihan perawatan, dan faktor prognostik, memperjelas perlunya strategi yang lebih baik untuk menangani relaps.

Sebuah studi dunia nyata menunjukkan bahwa hampir setengah dari pasien kanker ovarium stadium lanjut yang menerima pengobatan pemeliharaan dengan inhibitor PARP mengalami kekambuhan. Meski uji klinis acak menunjukkan perbaikan signifikan dalam progresi bebas kelangsungan hidup (PFS), masalah relaps tetap signifikan, dengan PFS 3 tahun berkisar antara 12% hingga 60%. Penelitian ini juga menemukan bahwa hingga 79% pasien mungkin memenuhi syarat untuk perawatan pemeliharaan PARP di bawah kebijakan penggantian biaya di Eropa. Temuan ini menyoroti kebutuhan strategi pascarekur untuk dioptimalkan dalam menangani kekambuhan. Data diperoleh dari pasien yang dirawat di Fondazione Policlinico Universitario A. Gemelli di Roma, antara Januari 2019 hingga Desember 2022. Dari 373 pasien yang dievaluasi, 51,5% memiliki mutasi BRCA, dan risiko kematian penyakit pada pasien yang mengalami kekambuhan mencapai 18,5%.

Kanker ovarium lanjut dengan pemeliharaan inhibitor PARP menjadi perhatian utama dalam perawatan kanker, terutama karena angka kekambuhan yang tinggi. Meskipun kemajuan dalam penelitian klinis, termasuk penggunaan neoadjuvant, tantangan masih terus ada. Penelitian ini berfokus pada pemahaman lebih lanjut tentang pola kekambuhan, pilihan pengobatan, dan faktor-faktor prognostik yang mempengaruhi hasil klinis pasien di dunia nyata setelah terapi pengobatan dengan inhibitor PARP.

Temuan dari studi ini menunjukkan bahwa penggunaan inhibitor PARP dapat diperluas ke banyak pasien, tetapi tantangan dalam mengelola kekambuhan harus diperhatikan. Peneliti belakangan ini menegaskan pentingnya pengembangan strategi pengobatan yang lebih baik setelah kekambuhan untuk meningkatkan hasil bagi pasien. Terlepas dari keterbatasan studi pada desain retrospektif, hasil ini memberikan wawasan praktis bagi klinisi dalam merancang strategi perawatan lebih lanjut.

Sumber Asli: www.ajmc.com

About Aisha Tariq

Aisha Tariq is an accomplished journalist with expertise spanning political reporting and feature writing. Her travels across turbulent regions have equipped her with a nuanced perspective on global affairs. Over the past 12 years, Aisha has contributed to various renowned publications, bringing to light the voices of those often marginalized in traditional media. Her eloquent prose and insightful commentaries have garnered her both reader trust and critical acclaim.

View all posts by Aisha Tariq →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *