Kanker serviks adalah penyebab utama kematian di kalangan wanita India, dengan lebih dari 67.000 kematian setiap tahun. Kanker ini dapat dicegah melalui vaksinasi HPV dan pemeriksaan rutin, tetapi tantangan akses dan kesadaran di daerah pedesaan menghambat upaya pencegahan. Upaya kolaboratif diperlukan untuk meningkatkan akses dan kesadaran untuk menurunkan kematian akibat kanker serviks.
Kanker serviks menjadi kanker kedua paling umum di kalangan wanita India, menyebabkan lebih dari 67.000 kematian setiap tahun, hanya kalah dari kanker payudara. Angka ini mencakup 17% dari total kematian kanker pada wanita berusia 30 hingga 69 tahun menurut laporan dari jurnal Lancet. Meski dapat dicegah, penyakit ini terus mengancam karena berbagai faktor.
Kanker serviks adalah jenis kanker yang dimulai di serviks, bagian bawah rahim yang terhubung dengan vagina. Kanker ini disebabkan oleh pertumbuhan sel abnormal yang tidak terkendali. Jika tidak terdeteksi dan diobati lebih awal, kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya dan menjadi mengancam jiwa. Pencegahan termasuk vaksinasi HPV, pemeriksaan rutin seperti Pap smear, dan pengobatan dini terhadap perubahan abnormal sel serviks.
Hubungan kanker serviks dengan human papillomavirus (HPV) memiliki peranan penting. Infeksi HPV jenis tinggi, terutama tipe 16 dan 18, adalah penyebab utama kanker ini. Meski vaksin seperti Gardasil dan Cervarix efektif, tingkat penerimaan vaksin di India masih rendah. “Faktor budaya, kurangnya kesadaran, dan keterbatasan sumber daya menyebabkan cakupan vaksinasi masih kurang, terutama di daerah pedesaan,” kata Dr. Aravind Badiger, Direktur Teknis di BDR Pharmaceuticals.
Efek kohor kelahiran juga berkontribusi pada meningkatnya kasus kanker serviks. “Ada efek kohor kelahiran yang menunjukkan peningkatan risiko pada wanita yang lahir setelah 1960,” terang Dr. Badiger. Gaya hidup seperti obesitas, sedentari, dan stres memperburuk risiko ini. Menghindari merokok dan menerapkan pola makan seimbang dapat menurunkan risiko kanker serviks secara signifikan.
Kesadaran di kota semakin meningkat, tetapi akses kesehatan di pedesaan masih menjadi tantangan. Banyak wanita tidak mendapatkan pemeriksaan kesehatan hingga gejala menjadi parah. Oleh karena itu, kanker serviks sering terdiagnosis pada tahap lanjut, membuat pengobatan lebih sulit.
Kebutuhan intervensi kolaboratif sangat penting. Dr. Badiger menekankan pentingnya upaya dari penyedia layanan kesehatan, pembuat kebijakan, dan perusahaan farmasi untuk membuat vaksin lebih terjangkau dan mudah diakses. Ketersediaan alat diagnostik dini, seperti tes HPV dengan biaya rendah, diperlukan untuk mendeteksi penyakit ini sejak dini.
Dengan kemajuan dalam diagnosis, seperti terapi imun dan terapi target, harapan baru muncul bagi pasien yang sudah terdiagnosis. Namun, pencegahan dan deteksi awal tetap menjadi kunci untuk pengobatan yang efektif.
Kanker serviks adalah masalah kesehatan serius di India, berdampak besar pada wanita. Penyakit ini terkait erat dengan infeksi HPV, yang dapat dicegah melalui vaksinasi dan skrining rutin. Tingkat kematian yang tinggi sebagian besar disebabkan oleh faktor sosial, ekonomi, dan budaya, termasuk kurangnya akses ke layanan kesehatan di daerah pedesaan. Peningkatan kesadaran dan pendidikan tentang pencegahan dan deteksi dini adalah kunci untuk mengurangi angka kematian.
Kanker serviks adalah ancaman kesehatan serius bagi wanita India, dengan banyak kematian yang bisa dicegah. Upaya pencegahan melalui vaksinasi dan pemeriksaan rutin harus diperkuat, terutama di daerah pedesaan. Kolaborasi antara berbagai pihak diperlukan untuk meningkatkan akses dan kesadaran akan pentingnya pencegahan dan deteksi dini, guna menurunkan angka kematian akibat kanker serviks.
Sumber Asli: www.etvbharat.com
