Kanker esofagus meningkat tinggi, menjadi penyebab utama kematian. Berdasarkan Studi Beban Global Penyakit, jumlah kasus naik hampir dua kali lipat antara 1990 dan 2019. Pria memiliki tingkat kejadian lebih tinggi, dan daerah tertentu mengalami lonjakan kasus dramatis. Meskipun ada beberapa penurunan dalam angka terstandarisasi usia, tantangan untuk merawat kanker ini tetap luas, terutama bagi demografi berisiko tinggi.
Kanker esofagus kini menjadi salah satu penyebab utama kematian terkait kanker secara global. Menurut Studi Beban Global Penyakit (GBD), jumlah kasus meningkat dari sekitar 490.000 pada tahun 1990 menjadi 961.000 pada tahun 2019. Meskipun demikian, angka prevalensi terstandarisasi usia (ASPR) menunjukkan penurunan, yang mengindikasikan perbaikan dalam sistem perawatan kesehatan. Terdapat disparitas gender yang signifikan, dengan pria selalu menunjukkan angka yang lebih tinggi dari wanita. \nBeban kanker ini sangat dipengaruhi oleh area geografis tertentu, dengan meningkatnya kasus yang sangat mengkhawatirkan terutama di Afrika Sub-Sahara Barat dan Uni Emirat Arab, yang mencatat peningkatan lebih dari 1.000%. Meskipun kasus baru secara global diperkirakan mencapai 535.000, angka mortalitas terstandarisasi usia menunjukkan penurunan, jariang menunjukkan adanya kemajuan dalam intervensi medis. Secara keseluruhan, jumlah kematian akibat kanker esofagus meningkat menjadi 498.000. \nTahun 2020 menunjukkan tren yang merisaukan, dengan Disability-Adjusted Life Years (DALYs) melonjak menjadi 11,67 juta. Meskipun ada penurunan dalam tingkat DALY terstandarisasi usia, beban keseluruhan penyakit tetap substansial, menuntut upaya kesehatan masyarakat secara global. Para penulis menekankan pentingnya kampanye kesehatan masyarakat yang berkelanjutan dan infrastruktur kesehatan yang ditingkatkan. \nPenelitian GBD juga mengungkapkan bahwa negara-negara dengan indeks sosial ekonomi lebih rendah mengalami kesulitan besar dalam mengelola kanker esofagus. Intervensi kesehatan yang lebih ditargetkan diperlukan untuk mengatasi efek populasi yang menua, yang menunjukkan tingkat prevalensi dan mortalitas tertinggi. Dengan prospek tantangan yang terus meningkat hingga 2030, penting untuk menerapkan strategi kesehatan yang berbasis data demi mengatasi beban kanker esofagus yang sedang meningkat. \nStrategi pencegahan yang lebih efektif, seperti penyuluhan tentang pola makan sehat dan pengendalian penggunaan tembakau, sangat diperlukan. Ada kebutuhan mendesak untuk pendekatan kesehatan yang memperhatikan perbedaan gender dalam perawatan dan pencegahan. Upaya kolektif untuk menciptakan intervensi bagi demografi yang lebih tua menjadi sangat penting untuk mengubah tren yang merugikan terkait kanker ini.
Kanker esofagus adalah salah satu penyebab kematian terkait kanker yang paling umum di seluruh dunia. Penyakit ini semakin meningkat jumlahnya, khususnya di kalangan pria dan di beberapa wilayah tertentu. Studi Beban Global Penyakit (GBD) mencatat bahwa beban kanker esofagus meningkat tajam dalam tiga dekade terakhir, menunjukkan bahwa perhatian yang lebih besar diperlukan untuk menangani penyebab dan efek penyakit ini.
Kanker esofagus menunjukkan tren yang mengkhawatirkan dengan peningkatan prevalensi dan kematian, terutama di kalangan pria dan di beberapa wilayah dunia. Walaupun ada sedikit penurunan dalam tingkatan berdasarkan usia terstandarisasi, upaya kesehatan masyarakat harus diperkuat untuk mengatasi tantangan yang dihadapi. Strategi intervensi yang lebih terfokus diperlukan untuk mengurangi beban yang berkembang dari kanker esofagus ini.
Sumber Asli: evrimagaci.org