Vaksin HPV, diluncurkan pada 2006, bertujuan mengurangi kanker serviks. Dampak positif telah terlihat di beberapa negara, namun cakupan global masih rendah di 27%. Penelitian terbaru menunjukkan vaksin dapat menjadi pengobatan untuk sel prekanker, seiring dengan upaya untuk meningkatkan vaksinasi.
Vaksin human papillomavirus (HPV) pertama, Gardasil, disetujui oleh FDA pada 2006 dan kini telah menjadi bagian dari jadwal imunisasi di lebih dari 145 negara. Vaksin ini bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan sejumlah kanker, terutama kanker serviks. Sekarang, hampir 20 tahun setelah peluncurannya, seberapa mendekati kita untuk menghilangkan kanker ini?
HPV adalah kelompok virus dari keluarga Papillomaviridae yang dapat menginfeksi manusia, biasanya melalui kontak kulit intim seperti hubungan seksual. HPV adalah infeksi menular seksual yang paling umum di AS, dengan mayoritas orang dewasa tertular pada suatu saat dalam hidup mereka. Beberapa tipe HPV dianggap ‘berisiko tinggi’, terkait dengan kanker serviks dan lainnya.
Sekitar 90% infeksi HPV dapat sembuh sendiri dalam dua tahun berkat sistem kekebalan tubuh, tetapi infeksi tipe berisiko tinggi dapat bertahan lebih lama dan menyebabkan kerusakan sel. Dalam kasus sel serviks yang terinfeksi HPV berisiko tinggi, dapat berkembang menjadi sel prekanker dalam 5 hingga 10 tahun, dan menjadi kanker serviks dalam 15-20 tahun jika tidak diobati.
Vaksin HPV dirancang untuk menghentikan infeksi HPV agar tidak berkembang menjadi kanker. Vaksin menciptakan respons imun dengan memicu tubuh untuk memproduksi antibodi terhadap HPV tanpa mengandung virus utuh sehingga tidak dapat menginfeksi. Efektivitas vaksin dapat dicapai dengan dua atau tiga dosis, atau bahkan satu dosis dalam beberapa kasus.
Hampir 20 tahun setelah persetujuan FDA, dampak vaksin HPV terlihat positif. Di Skotlandia, tidak ada kasus kanker serviks pada wanita yang divaksinasi penuh setelah program dimulai pada 2008. Di Inggris, penurunan signifikan dalam insiden kanker serviks diharapkan mencapai eliminasi pada 2040, dengan definisi penurunan insiden ke 4 per 100.000.
Namun, cakupan vaksinasi di tingkat global masih rendah, hanya 27% gadis berusia 9 hingga 14 tahun yang menerima dosis pertama di 2023. Target WHO adalah mencapai cakupan 90% dalam lima tahun. Meskipun begitu, cakupan global meningkat dari 20% di 2022 menjadi 27% saat ini.
Para peneliti sedang mengeksplorasi penggunaan vaksin HPV tidak hanya untuk pencegahan, tetapi juga sebagai pengobatan untuk sel prekanker agar tidak menjadi ganas. Dalam uji klinis terbaru, vaksin Vvax001 menunjukkan hasil yang menjanjikan dengan sembilan dari delapan belas pasien mengalami regresi lesi prekanker.
Jika hasil ini dapat diperluas dalam uji coba yang lebih besar, dapat mengurangi kebutuhan untuk prosedur bedah dan efek sampingnya.
Vaksin HPV dirancang untuk mencegah kanker yang disebabkan oleh infeksi virus HPV. HPV sendiri merupakan infeksi menular seksual yang umum dan dapat menyebabkan berbagai jenis kanker jika tidak ditangani dengan tepat. Tingkat keefektifan vaksin dalam mengurangi insiden kanker serviks menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam kesehatan masyarakat, walaupun tantangan untuk mencakup lebih banyak populasi di seluruh dunia tetap ada.
Kemajuan dalam vaksin HPV menunjukkan potensi besar untuk mengurangi insiden kanker serviks. Namun, tantangan cakupan global tetap menjadi masalah yang perlu diatasi. Penelitian lebih lanjut mengenai vaksin sebagai pengobatan juga menjanjikan masa depan yang lebih cerah dalam menangani kanker terkait HPV.
Sumber Asli: www.iflscience.com