Kemoterapi dapat menyebabkan nyeri saraf perifer yang parah, mempengaruhi 4 dari 10 pasien. Data menunjukkan prevalensi tertinggi pada pasien yang menjalani pengobatan dengan platinum dan taxanes, terutama bagi mereka dengan kanker paru-paru. Penelitian ini mendukung perlunya pendekatan yang disesuaikan untuk perawatan nyeri neuropati.
Di seluruh dunia, sekitar 4 dari 10 pasien kanker yang menjalani kemoterapi mengalami nyeri saraf perifer yang parah dan persisten (neuropati), menurut analisis data terkumpul yang dipublikasikan di jurnal Regional Anesthesia & Pain Medicine. Obat-obatan berbasis platinum, taxanes, dan keberadaan kanker paru-paru paling sering terkait dengan tingginya angka neuropati nyeri yang bertahan setidaknya 3 bulan, mendorong perlunya pendekatan yang disesuaikan untuk meredakan rasa sakit.
Kemoterapi dapat merusak sel dan jaringan sehat, termasuk sistem saraf, menimbulkan gangguan pada gerakan seperti kehilangan keseimbangan serta gangguan sensori seperti mati rasa dan sensasi terbakar di kulit. Berbagai faktor mempengaruhi frekuensi dan tingkat keparahan nyeri neuropatik kronis seperti jenis dan dosis kemoterapi.
Penelitian ini mencakup analisis terhadap 77 studi dengan total 10.962 peserta dari 28 negara. Dari jumlah tersebut, 4.545 peserta mengalami nyeri persisten yang berlangsung lebih dari 3 bulan. Kajian menemukan bahwa tingkat prevalensi neuropati nyeri mencapai lebih dari 41%, dengan prevalensi tertinggi di kalangan pasien yang diobati dengan agen berbasis platinum dan taxanes.
Prevalensi tertinggi ditemukan pada pasien dengan kanker paru-paru (62%), sedangkan terendah pada kanker ovarium (31,5%) dan limfoma (36%). Studi di Asia melaporkan prevalensi tertinggi (46,5%), sedangkan Eropa terendah (36%). Penelitian menekankan perlunya pemahaman lebih lanjut mengenai prevalensi dan prediktor neuropati persisten untuk pengembangan strategi pengobatan yang dipersonalisasi.
Ketidakkonsistenan dalam desain dan metodologi studi menunjukkan bahwa meskipun ada bukti yang ada, tingkat kepercayaan secara keseluruhan dianggap rendah. Peneliti mendesak untuk mengembangkan intervensi yang dapat mengurangi beban neuropati kronis secara global.
Studi ini mengidentifikasi prevalensi neuropati nyeri kronis akibat kemoterapi, yang menjadi perhatian utama seiring dengan meningkatnya jumlah pasien kanker yang bertahan hidup setelah pengobatan. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dan keparahan kondisi ini, diharapkan dapat dikembangkan strategi perawatan yang lebih efektif. Data yang dianalisis mencakup pasien yang menjalani berbagai jenis kemoterapi, terutama yang menggunakan agen berbasis platinum dan taxanes, di mana kanker paru-paru, usus, dan payudara adalah yang paling umum di antara mereka yang mengalami efek samping ini.
Kemoterapi dapat menyebabkan nyeri neuropatik kronis pada sekitar 41% pasien, dengan prevalensi lebih tinggi pada agen tertentu dan pasien dengan jenis kanker tertentu. Pemahaman tentang prevalensi dan faktor yang mendasari sangat penting untuk merancang strategi perawatan yang disesuaikan. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk menjelaskan perbedaan prevalensi di berbagai wilayah dan mengembangkan solusi untuk mengatasi masalah ini secara global.
Sumber Asli: www.news-medical.net