Peneliti dari City of Hope menemukan cara untuk meningkatkan fungsi timus setelah kerusakan menggunakan sel T regulator. Penelitian ini menyoroti pentingnya timus dalam sistem imun, terutama bagi pasien kanker. Sel T yang mengeluarkan amphiregulin mampu mendukung regenerasi timus, bahkan pada pasien lanjut usia. Temuan ini membuka peluang untuk terapi baru dalam meningkatkan kesehatan imunologis.
Tim peneliti internasional yang dipimpin oleh ilmuwan dari City of Hope telah membuktikan cara untuk meningkatkan fungsi timus setelah kerusakan. Mereka menemukan bahwa sel T regulator khusus dapat kembali ke timus dan memperbaiki organ tersebut. Penelitian ini menunjukkan pentingnya timus dalam memproduksi sel T yang melindungi tubuh dari penyakit, termasuk infeksi dan kanker.
Selama perawatan kanker, fungsi timus dapat terpengaruh, yang menyebabkan kurangnya produksi sel T. Tanpa perbaikan, pasien tidak dapat mengalami reconstitution imun, di mana sel T pelindung baru dihasilkan. Penelitian ini berupaya untuk mendukung timus agar dapat tumbuh kembali dan memberikan perlindungan vital kepada pasien.
Peneliti mengeksplorasi mekanisme regenerasi timus pada kondisi cedera akibat terapi kanker dan penuaan. Mereka mengidentifikasi populasi baru sel T regulator yang mengeluarkan faktor pertumbuhan amphiregulin, yang membantu timus untuk menghasilkan lebih banyak sel T. Temuan ini menunjukkan bahwa bahkan pada pasien lanjut usia yang menjalani pengobatan kanker, fungsi timus dapat pulih.
Penelitian ini merupakan kelanjutan dari program yang didirikan oleh Dr. Van den Brink untuk meningkatkan reconstitution imun pada pasien pasca terapi kanker. Tim peneliti melanjutkan eksplorasi mereka dengan menganalisis sampel timus dari pasien kanker berusia berbeda dan mencari cara lain untuk menerapkan penemuan mereka dalam pengaturan manusia.
Timus adalah kelenjar kecil yang berperan penting dalam sistem imun dengan memproduksi sel T. Sel T berfungsi melawan patogen dan mengajarkan sel imun lainnya untuk mengatasi ancaman. Kerusakan timus akibat terapi kanker dapat mengurangi jumlah sel T yang tersedia, meningkatkan risiko infeksi dan penyakit. Diperlukan pendekatan baru untuk memperbaiki timus yang mengalami kerusakan, dan penelitian ini menawarkan wawasan baru tentang peran sel T regulator dalam proses regenerasi.
Penelitian ini menunjukkan bahwa sel T regulator dapat membantu memperbaiki fungsi timus yang rusak akibat terapi kanker dan penuaan. Dengan mendukung regenerasi sel T, temuan ini berpotensi untuk meningkatkan kekebalan tubuh pasien kanker, yang sebelumnya terpengaruh buruk oleh terapi. Upaya lebih lanjut akan dilakukan untuk menerapkan penemuan ini dalam praktik klinis, memberikan harapan baru bagi pasien dengan fungsi timus yang menurun.
Sumber Asli: www.technologynetworks.com