Sebuah studi WHO menemukan 200.000 kasus kanker paru-paru, terutama adenokarsinoma, terkait dengan polusi udara di kalangan non-perokok, khususnya perempuan muda di Asia Timur, meskipun kasus di antara pria menurun.
Polusi udara diduga menjadi penyebab meningkatnya kasus kanker paru-paru pada individu yang tidak merokok. Sebuah studi oleh Organisasi Kesehatan Dunia mengaitkan sekitar 200.000 kasus dengan polusi udara, menyoroti jenis adenokarsinoma sebagai subtipe kanker yang semakin umum dalam beberapa tahun terakhir. Studi ini menganalisis tren kejadian kanker paru-paru dari tahun 1988 hingga 2017 di 19 negara.
Adenokarsinoma, yang paling sering terjadi pada perokok nonaktif, dan merupakan jenis kanker paru-paru yang umum di Amerika Serikat, terlokalisasi di bagian luar paru-paru. Menurut CDC, faktor risiko meliputi paparan radon, asbes, polusi udara, dan riwayat keluarga kanker paru-paru. Kenaikan risiko paling tinggi terlihat pada generasi muda, terutama perempuan di Asia Timur.
Meskipun tingkat kanker paru-paru di kalangan pria menurun, para penulis studi menyerukan perlunya strategi baru untuk mencegah kanker di populasi berisiko tinggi. Penelitian yang disampaikan oleh jurnalis ini telah diperiksa oleh tim editorial kami untuk memastikan keakuratan dan keberimbangan informasi.
Kanker paru-paru, terutama adenokarsinoma, menjadi perhatian karena peningkatan kasus di kalangan non-perokok, terutama pada perempuan muda di Asia Timur. Polusi udara, bersama dengan faktor lainnya, berkontribusi terhadap meningkatnya insiden. Menurut CDC, paparan radon dan asbes juga berperan dalam risiko kanker ini.
Studi ini menunjukkan hubungan penting antara polusi udara dan kanker paru-paru pada non-perokok, dengan fokus pada adenokarsinoma. Peningkatan kasus di kalangan populasi muda dan perempuan di Asia Timur menunjukkan perlunya strategi pencegahan yang lebih tepat dan terarah.
Sumber Asli: www.scrippsnews.com