Rasa sakit di kalangan penyintas kanker dapat meningkatkan penggunaan zat non-opioid seperti rokok dan kanabis, berdasarkan analisis dari dua survei nasional. Penelitian menemukan hubungan positif antara intensitas rasa sakit dan penggunaan zat tersebut, sementara dampak negatif bagi kesehatan dan kualitas hidup lebih besar akibat pola ini.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rasa sakit dapat meningkatkan risiko penggunaan zat non-opioid oleh penyintas kanker, termasuk rokok dan kanabis. Dalam dua kajian nasional yang melibatkan lebih dari 5.000 pasien kanker di AS, ditemukan bahwa intensitas rasa sakit yang lebih tinggi terkait dengan penggunaan lebih banyak rokok dan kanabis, sementara mengurangi kemungkinan penggunaan alkohol.
Analisis dari studi PATH menunjukkan bahwa penderitaan fisik meningkatkan kemungkinan penyintas kanker untuk merokok dan menggunakan kanabis, tetapi berpotensi mengurangi konsumsi alkohol. Selain itu, rasa sakit juga memberikan dampak negatif terhadap kesehatan secara keseluruhan, seperti meningkatkan efek samping dari pengobatan kanker dan menurunkan kualitas hidup.
Dr. Jessica M. Powers, penulis utama studi ini, menggarisbawahi pentingnya menangani rasa sakit dan penggunaan zat secara bersamaan dalam perawatan kanker. Ia menekankan bahwa penggunaan zat dapat memperburuk rasa sakit dan keberlanjutan perawatan, meningkatkan risiko kekambuhan kanker.
Studi ini menyoroti hubungan antara rasa sakit dan penggunaan zat non-opioid di kalangan penyintas kanker. Rasa sakit bisa meningkatkan risiko penggunaan zat seperti rokok dan kanabis, yang semakin memperburuk kesehatan dan pengobatan. Penanganan simultan keduanya sangat penting untuk menjaga kesehatan penyintas kanker.
Sumber Asli: ascopost.com