NCI-funded researchers are enhancing the understanding of endometrial cancer prevention, detection, and treatment. They’re investigating early detection methods through abnormal vaginal bleeding, genetic risk factors, and novel biomarkers. Treatment advancements include the use of immunotherapy, chemotherapy combinations, and targeted therapies, particularly in addressing disparities in outcomes among different racial groups.
Peneliti yang didanai oleh NCI sedang berupaya untuk meningkatkan pemahaman kita tentang pencegahan, deteksi, dan pengobatan kanker endometrium, jenis kanker rahim. Kanker ini dibagi menjadi dua subtipe utama: endometrioid dan non-endometrioid. Tumor endometrioid lebih umum dan memiliki prognosis yang lebih baik, sedangkan tumor non-endometrioid cenderung lebih agresif dengan prognosis yang lebih buruk. Halaman ini memperkenalkan riset terbaru mengenai kanker endometrium serta program yang didukung oleh NCI.
Deteksi dini kanker endometrium masih menjadi tantangan karena tidak ada tes skrining standar. Peneliti mencari cara untuk mendeteksi kanker sebelum gejala muncul, termasuk mempelajari faktor risiko genetik. Penelitian menunjukkan bahwa hampir semua wanita pascamenopause dengan kanker endometrium mengalami perdarahan abnormal, yang menegaskan pentingnya tes lanjutan bagi wanita yang merasakannya.
Ilmuwan juga sedang mencari biomarker yang dapat membantu diagnosis kanker endometrium lebih awal. Dalam DETECT Study, peneliti meneliti penggunaan sampel dari tampon untuk mencari biomarker kanker. Selain itu, tes PapSEEK yang dirancang untuk menganalisis sel dari lapisan rahim menunjukkan potensi dalam mendeteksi perubahan DNA terkait kanker.
Kanker endometrium juga terkait dengan Lynch syndrome, suatu gangguan genetik yang meningkatkan risiko terkena kanker. Sekitar 5% kanker endometrium disebabkan oleh sindrom ini, yang berarti semua wanita dengan diagnosis kanker endometrium dianjurkan untuk dites guna membantu keputusan pengobatan dan pencegahan bagi kerabat mereka.
Pengobatan standar untuk kanker endometrium tahap awal adalah bedah. Sekitar itu, terapi tambahan dapat meliputi radiasi, kemoterapi, terapi hormon, imunoterapi, dan terapi terarah. Terobosan baru termasuk penggunaan inhibitor checkpoint imun seperti pembrolizumab dan dostarlimab, khususnya untuk tumor dengan defisiensi perbaikan DNA, yang menunjukkan hasil yang menjanjikan.
Kombinasi pengobatan juga sedang diuji, misalnya penggunaan nivolumab bersama ipilimumab pada kanker endometrium yang kambuh. Penelitian menunjukkan kombinasi ini dapat memperkecil ukuran tumor. Selain itu, penelitian lanjutan sedang dilakukan untuk meneliti efektivitas imunoterapi dikombinasikan dengan pengobatan radiasi untuk kanker endometrium awal.
Tingkat kanker endometrium terus meningkat di AS, terutama pada subtipe non-endometrioid. Studi menunjukkan wanita kulit hitam memiliki tingkat insiden dan kematian tertinggi. Penelitian sedang dilakukan untuk memahami faktor risiko dan penyebab disparitas ini. Proyek seperti studi DETECT dan SISTER membantu mencari tahu bagaimana faktor sosial dan biologis dapat mempengaruhi hasil pengobatan.
NCI mendukung banyak penelitian untuk mengatasi kanker endometrium, baik dari aspek dasar maupun klinis, termasuk program SPORE untuk meningkatkan pencegahan dan pengobatan. Konsorsium Epidemiologi Kanker Endometrium (E2C2) berupaya mengumpulkan data untuk memahami penyebab kanker ini dengan lebih baik. Uji klinis sedang dilakukan untuk mengembangkan perawatan baru dan meningkatkan hasil bagi pasien.
Beberapa hasil riset terbaru mencakup: peningkatan opsi imunoterapi untuk pengobatan kanker endometrium, peran semakin penting dari imunoterapi, serta tingginya angka kematian akibat kanker rahim, terutama pada wanita kulit hitam. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa trastuzumab dapat meningkatkan kelangsungan hidup pada wanita dengan kanker endometrium langka.
Penelitian mengenai kanker endometrium menunjukkan kemajuan dalam deteksi dini, pengobatan, dan pemahaman mengenai disparitas rasial. Penemuan biomarker baru dan terapi yang lebih efektif menjadi harapan bagi peningkatan pengobatan. Namun, tingkat kanker yang terus meningkat, khususnya pada wanita kulit hitam, membutuhkan perhatian dan penelitian lebih lanjut untuk memahami penyebab serta solusi yang tepat.
Sumber Asli: www.cancer.gov