Tingginya Angka Poli-Farmasi Pada Pasien Kanker Paru, Termasuk Dewasa Muda

Penelitian menunjukkan bahwa poli-farmasi sangat umum di antara pasien kanker, khususnya yang menderita kanker paru-paru. Prevalensi meningkat setelah diagnosis kanker, dan pasien yang menggunakan lebih banyak obat memiliki risiko tinggi untuk mengalami komplikasi dan membutuhkan perawatan darurat. Tim multidisipliner disarankan untuk mengelola pengobatan untuk meminimalkan risiko di kalangan pasien muda juga.

Penelitian dari Lakehead University, Ontario, menemukan bahwa poli-farmasi (penggunaan lima atau lebih obat) umum di kalangan pasien kanker, terutama pada mereka dengan kanker paru-paru dan kanker stadium IV. Prevalensi poli-farmasi adalah 46% sebelum diagnosis dan meningkat menjadi 57% setelah satu tahun. 52,4% pasien dengan kanker paru-paru mengalami poli-farmasi. Penelitian menganalisis data 193.047 pasien antara 2010 hingga 2013 dan membedakan poli-farmasi menjadi minor dan hiper-poli-farmasi.

Hasil menunjukkan penggunaan obat berlebih meningkatkan frekuensi kunjungan ke layanan darurat (1.41 untuk >10 obat) dan rawat inap (1.23). Penggunaan berlebihan lebih tinggi di kalangan pria, mereka dengan multimorbiditas, dan yang menjalani kemoterapi. Hanya 31,7% pasien kanker paru-paru yang tidak mengalami poli-farmasi, jauh lebih rendah dibandingkan dengan pasien kanker lainnya. Peneliti menyarankan perlunya tim multidisipliner untuk mengelola pengobatan.

Peneliti menekankan pentingnya pemantauan pengobatan untuk mengurangi poli-farmasi, terutama bagi pasien muda yang juga memiliki tanggung jawab keluarga. Dr. Benyam Muluneh menyatakan bahwa perhatian kepada pasien muda perlu meningkat mengingat semakin tinggi angka kanker di kelompok usia ini. Dia juga menyoroti pentingnya penyesuaian pengobatan dan pemeriksaan interaksi obat.

Poli-farmasi umum terjadi di kalangan pasien kanker, khususnya pada kanker paru-paru. Hal ini meningkat setelah diagnosis kanker dan berhubungan dengan tingginya penggunaan layanan kesehatan. Penanganan yang tepat dan keterlibatan tim medis diperlukan untuk menurunkan risiko terkait obat dari pengobatan yang berlebihan. Riset lebih lanjut diperlukan untuk memahami dan menangani isu ini, terutama pada pasien muda.

Sumber Asli: www.pharmacypracticenews.com

About Aisha Tariq

Aisha Tariq is an accomplished journalist with expertise spanning political reporting and feature writing. Her travels across turbulent regions have equipped her with a nuanced perspective on global affairs. Over the past 12 years, Aisha has contributed to various renowned publications, bringing to light the voices of those often marginalized in traditional media. Her eloquent prose and insightful commentaries have garnered her both reader trust and critical acclaim.

View all posts by Aisha Tariq →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *