Vaksin Kanker Berbasis mRNA: Apa yang Ditawarkan Rusia?

Rusia mengumumkan vaksin kanker berbasis mRNA yang akan tersedia gratis pada awal 2025, dengan uji pra-klinis menunjukkan hasil positif. Vaksin ini merupakan bentuk imunoterapi, bukan untuk pencegahan. Penelitian vaksin kanker juga terus berlangsung di negara lain, termasuk Inggris dan AS. Namun, masih sedikit informasi tentang keamanan dan efektivitas vaksin baru ini.

Pada bulan Desember tahun lalu, Rusia mengumumkan pengembangan vaksin kanker baru berbasis mRNA yang akan tersedia gratis bagi pasien pada awal 2025. Menurut laporan media, Andrey Kaprin dari Kementerian Kesehatan Rusia mengonfirmasi hal ini kepada Radio Rossiya. Alexander Gintsburg melaporkan bahwa uji pra-klinis vaksin ini menunjukkan kemampuannya dalam menekan perkembangan tumor dan metastasis.

Vaksin mRNA, yang menjadi perhatian saat pandemi COVID-19, bekerja dengan memberikan informasi genetik kepada sel tubuh untuk menghasilkan antigen, memungkinkan sistem kekebalan tubuh mengenali dan menyerang sel kanker. Ini berbeda dengan vaksin tradisional yang menggunakan patogen inactivated atau dilemahkan.

Vaksin kanker berbasis mRNA merupakan bentuk imunoterapi, yang dikenal bisa meningkatkan kemampuan sistem kekebalan untuk menemukan dan menghancurkan sel kanker. M. Manickavasagam, seorang profesor, menyatakan bahwa imunoterapi lebih selektif dan memiliki efek samping yang lebih rendah dibandingkan kemoterapi.

Vaksin ini ditargetkan untuk pasien kanker, bukan untuk pencegahan seperti vaksin lain. Vaksin kanker mRNA bersifat personalisasi menargetkan antigen spesifik di tumor pasien. Berbeda dari vaksin COVID-19, yang hanya menargetkan satu antigen, vaksin kanker mungkin menargetkan beberapa antigen.

Rusia bukan satu-satunya negara yang melakukan penelitian vaksin kanker. Di Inggris, NHS meluncurkan program Cancer Vaccine Launch Pad untuk mempercepat akses uji klinis vaksin pribadi. Di AS, CureVac melaporkan hasil menjanjikan dari vaksin CVGBM untuk pasien dengan glioblastoma. Saat ini, lebih dari 120 uji klinis vaksin kanker sedang berlangsung di seluruh dunia.

Dokter mengingatkan bahwa kata ‘vaksin’ pada kanker bisa menyesatkan, karena kanker tidak disebabkan oleh satu organisme tunggal. HPV dan vaksin Hepatitis B memiliki peran pencegahan terhadap jenis kanker tertentu. “Pasien harus memahami bahwa terapi imunoterapi ini bukan bersifat preventif,” kata Prasad Eswaran.

Informasi tentang pengobatan Rusia ini masih minim dan setiap obat baru memerlukan waktu bertahun-tahun melalui berbagai tahapan uji klinis. Tanpa data lengkap, sulit untuk menilai keamanan dan efektivitasnya. Immoterapi menunjukkan hasil yang menjanjikan, tetapi mungkin tidak cocok untuk semua jenis kanker atau pasien.

Meskipun Rusia mengembangkan vaksin kanker berbasis mRNA yang menjanjikan, kurangnya informasi dan transparansi mengenai tahap uji klinis menimbulkan ketidakpastian. Vaksin ini dirancang untuk pasien kanker dan berbeda dari vaksin tradisional yang bersifat pencegahan. Para dokter mengingatkan bahwa imunoterapi, meskipun menjanjikan, tidak dapat diterapkan secara universal untuk semua pasien kanker.

Sumber Asli: www.thehindu.com

About Aisha Tariq

Aisha Tariq is an accomplished journalist with expertise spanning political reporting and feature writing. Her travels across turbulent regions have equipped her with a nuanced perspective on global affairs. Over the past 12 years, Aisha has contributed to various renowned publications, bringing to light the voices of those often marginalized in traditional media. Her eloquent prose and insightful commentaries have garnered her both reader trust and critical acclaim.

View all posts by Aisha Tariq →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *