Hari Kanker Anak Sedunia menyoroti tantangan di Ghana, di mana kanker anak menjadi masalah dengan 1.200 diagnosis setiap tahun. Angka kelangsungan hidup di Ghana sangat rendah akibat akses terbatas dan biaya perawatan yang tinggi. Kisah Lisa Laryea menggambarkan kesenjangan sistemik, mendesak peningkatan cakupan perawatan dan dukungan finansial.
Hari Kanker Anak Sedunia yang diperingati setiap 15 Februari merupakan pengingat akan perjuangan anak-anak yang terdiagnosis kanker serta perbedaan mencolok dalam angka kelangsungan hidup antara negara kaya dan miskin. Peringatan tahun ini menyoroti tantangan yang terus dihadapi Ghana, di mana akses terhadap perawatan yang terbatas serta hambatan finansial mengklaim banyak nyawa anak. Dalam skala global, kanker anak menjadi krisis senyap dengan sekitar 400.000 kasus baru setiap tahun menurut WHO.
Sementara angka kelangsungan hidup di negara berpenghasilan tinggi mencapai lebih dari 80%, di Ghana dan negara berpenghasilan rendah lainnya, angka tersebut turun di bawah 30% akibat diagnosis yang terlambat, opsi perawatan yang tidak memadai, dan biaya yang tinggi. Layanan Kesehatan Ghana mengakui kanker sebagai tantangan kesehatan masyarakat yang kritis, dengan banyak kasus terdeteksi pada tahap lanjut yang memperburuk hasil perawatan.
Dalam peringatan Hari Kanker Dunia tahun ini, Dr. Samuel Kaba Akoriyea, Direktur Jenderal GHS, mengungkapkan statistik yang mengkhawatirkan. “Pada tahun 2022, Ghana mencatat 27.385 kasus kanker baru dan 17.944 kematian. Kanker prostat dan hati menjadi penyebab utama kematian, di mana kanker hati merenggut 90% dari mereka yang terdiagnosis. Kanker anak juga sangat menghancurkan dengan sekitar 1.200 anak di bawah usia 15 tahun yang terdiagnosis setiap tahun.
“Leukemia, limfoma, dan retinoblastoma adalah bentuk umum kanker anak, tetapi biaya perawatan sering kali terlalu tinggi untuk dijangkau keluarga, yang mengarah pada diagnosis yang terlambat dan angka kelangsungan hidup yang rendah,” katanya. Hambatan finansial tetap menjadi masalah utama. Meskipun Skema Asuransi Kesehatan Nasional Ghana (NHIS) sekarang sebagian menanggung biaya perawatan kanker anak, keluarga masih menanggung beban biaya signifikan untuk kemoterapi, pembedahan, dan perawatan pasca perawatan.
Beban tambahan seperti transportasi dan kehilangan pendapatan akibat merawat anak semakin membebani keluarga. Kisah tragis Lisa Laryea yang berusia 10 tahun yang meninggal akibat leukemia pada 19 Desember 2023 menjadi contoh nyata dari kesenjangan sistematis ini. Keluarganya berjuang untuk mendapatkan perawatan khusus hingga dermawan Ibrahim Mahama membiayai perawatannya senilai $110.000 di Afrika Selatan.
Meskipun cerita ini menarik perhatian nasional, kematian Lisa menunjukkan kenyataan pahit: banyak anak Ghana menghadapi nasib serupa tanpa akses ke sumber daya penyelamat. Untuk memperbaiki hasil, para advokat mendesak penambahan cakupan NHIS, peningkatan investasi pemerintah dalam onkologi pediatrik, dan kemitraan publik-swasta yang lebih kuat untuk mensubsidi biaya perawatan.
Meski Hari Kanker Anak Sedunia telah berlalu, seruan mendesaknya tetap ada. Tanpa upaya yang konsisten untuk mengangkat hambatan finansial dan sistemik, anak-anak Ghana akan terus kehilangan nyawa akibat penyakit yang semestinya semakin dapat diobati, namun hanya bagi mereka yang mampu.
Kanker anak di Ghana menjadi masalah besar dengan sekitar 1.200 diagnosis setiap tahun. Banyak anak menghadapi risiko kematian akibat keterbatasan akses perawatan dan biaya tinggi. Keterlibatan pemerintah serta peningkatan cakupan asuransi kesehatan diharapkan dapat meningkatkan hasil perawatan. Kematian Lisa Laryea menggarisbawahi urgensi untuk mengatasi kesenjangan ini.
Sumber Asli: www.ghanaweb.com