ICCD diperingati setiap 15 Februari. Data menunjukkan sekitar 16.000 anak di Indonesia menderita kanker setiap tahun. IDAI mengingatkan pentingnya deteksi dini untuk menyelamatkan nyawa anak dengan mengenali gejala, terutama tumor mata dan leukemia. Program kesehatan gratis yang mencakup skrining kanker juga disediakan oleh pemerintah.
Hari Kanker Anak Internasional (ICCD) diperingati setiap 15 Februari. Data dari Riset Kesehatan Dasar 2013 mencatat sekitar 16.000 anak di Indonesia menderita kanker setiap tahun. Hikari Ambara Sjakti, Sekretaris Jenderal IDAI, mengingatkan orang tua untuk mengenali gejala kanker sejak dini karena deteksi awal dapat menyelamatkan nyawa.
Menurut Hikari, meskipun di Indonesia belum ada data akurat terkait kanker anak, beberapa faktor genetik dapat menjadi penyebabnya. Ia menekankan pentingnya mendeteksi tumor mata lebih awal, di mana jika ditemukan pada tahap 1-2, peluang untuk menyelamatkan nyawa dan penglihatan anak tinggi.
Tanda awal kanker mata adalah saat mata tampak berkilau seperti mata kucing ketika terkena cahaya. Gejala leukemia termasuk anak yang tiba-tiba pucat, nyeri tulang, atau enggan berjalan karena rasa sakit. Oleh karena itu, orang tua diminta untuk waspada akan hal-hal ini.
Hikari juga menjelaskan bahwa pengobatan kanker kini semakin maju, mencakup kemoterapi, bedah, dan radioterapi. Namun, semakin tinggi tahap kanker, semakin sulit pengobatannya. Deteksi dini sangat penting agar proses perawatan dapat berjalan lebih mudah.
Kementerian Kesehatan juga memiliki program pemeriksaan kesehatan gratis yang mencakup skrining kanker untuk orang di atas 40 tahun. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan akses masyarakat terhadap deteksi dini kanker.
ICCD sangat penting untuk meningkatkan kesadaran orang tua terhadap gejala kanker pada anak. Deteksi dini bisa menyelamatkan nyawa. Angka anak yang menderita kanker di Indonesia terus meningkat, sehingga pendekatan preventif dan edukasi sangat diperlukan. Pengobatan kanker yang semakin berkembang memberikan harapan baru, namun penanganan harus dilakukan sedini mungkin untuk meningkatkan efektivitasnya.
Sumber Asli: en.tempo.co