Studi menunjukkan bahwa kanker payudara adalah kanker paling umum di kalangan wanita, dengan kelangsungan hidup yang berbeda secara signifikan berdasarkan lokasi. Negara berpenghasilan rendah memiliki tingkat kematian lebih tinggi dibandingkan negara maju akibat kurangnya deteksi dini dan pengobatan. Penelitian ini mengusulkan perbaikan dalam kebijakan kesehatan untuk mengatasi ketidaksetaraan ini.
Kanker payudara adalah kanker paling umum di kalangan wanita secara global, tetapi angka kelangsungan hidupnya sangat bervariasi bergantung pada lokasi. Sebuah studi baru menunjukkan bahwa meskipun negara maju memiliki lebih banyak kasus diagnosa, negara berpenghasilan rendah dan menengah memiliki tingkat kematian lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh akses yang terbatas terhadap deteksi dini dan pengobatan.
Penelitian yang dipublikasikan dalam “Nature Medicine” pada 24 Februari ini memberikan gambaran menyeluruh tentang tren dan ketidaksetaraan kanker payudara di seluruh dunia. Peneliti, termasuk Miranda Fidler-Benaoudia, menganalisis data kanker payudara global 2022 dan memproyeksikan dampaknya pada 2050 di 185 negara.
Dalam tahun 2022, terdapat 2,3 juta kasus baru dan 670.000 kematian akibat kanker payudara. Namun, daerah miskin mencatat tingkat kematian lebih tinggi dibandingkan negara kaya; wanita di bawah 50 tahun di negara berpenghasilan rendah memiliki risiko empat kali lipat untuk meninggal akibat kanker payudara dibandingkan di negara berpenghasilan tinggi.
Studi ini menunjukkan bahwa akses terhadap deteksi dini dan pengobatan kanker payudara sangat penting untuk meningkatkan angka kelangsungan hidup, terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Penting untuk memperkuat kebijakan kesehatan global guna mengurangi kesenjangan ini dan meningkatkan perawatan bagi pasien kanker payudara di seluruh dunia.
Sumber Asli: www.nature.com