Perkembangan Pengobatan Melanoma Tingkat Lanjut

Melanoma tingkat lanjut kini memiliki harapan lebih baik dengan tingkat kelangsungan hidup lima tahun sebesar 50% berkat imunoterapi dan terapi yang ditargetkan. Inhibitor checkpoint imun, seperti ipilimumab, dan terapi kombinasi yang inovatif, meningkatkan efektivitas pengobatan. Terapi sel TIL dan kemajuan dalam melanoma uveal juga menunjukkan potensi besar.

Dalam beberapa tahun terakhir, melanoma tingkat lanjut telah berubah dari penyakit yang hampir selalu fatal menjadi yang sering dapat dikendalikan selama bertahun-tahun, bahkan diobati. Berkat obat-obatan baru, pasien dengan penyakit lanjut memiliki tingkat kelangsungan hidup lima tahun sekitar 50%. Perkembangan pengobatan melanoma didorong oleh imunoterapi dan terapi yang ditargetkan. Inhibitor checkpoint imun, yang memungkinkan sel T menyerang kanker, memberikan dampak terbesar.

Ipilimumab (Yervoy®), obat pertama yang menunjukkan kemajuan signifikan, dikembangkan oleh James Allison, PhD. Setelah uji klinis yang dipimpin Jedd Wolchok, MD, obat ini disetujui FDA pada tahun 2011. Pembrolizumab (Keytruda®) dan nivolumab (Opdivo®) juga muncul sebagai terapi yang efektif untuk melanoma tingkat lanjut, bekerja dengan menghalangi protein PD-1.

Gabungan ipilimumab dan nivolumab kini menjadi standar untuk banyak pasien melanoma metastatik. Pada tahun 2022, kombo nivolumab dan relatlimab (Opdualag™) disetujui, menundaan progresi melanoma yang tidak dapat dioperasi. Uji coba menunjukkan bahwa pemberian sebelum operasi dapat mencegah kekambuhan penyakit pada sebagian besar pasien.

Terapi seluler melalui tumor-infiltrating lymphocyte (TIL) merupakan pendekatan imunoterapi baru. Dokter mengangkat tumor, mengambil sel T, dan memperbanyaknya di lab sebelum dikembalikan ke pasien setelah kemoterapi. Pada Februari 2024, FDA menyetujui produk TIL lifileucel (Amtagvi™) untuk pasien melanoma non-operable.

Kemajuan juga terjadi dalam pengobatan melanoma uveal, dengan FDA menyetujui tebentafusp (Kimmtrak®) untuk beberapa pasien. Obat ini membantu T sel mengenali dan menyerang sel melanoma uveal. Vemurafenib (Zelboraf®), obat pertama yang menargetkan mutasi gen BRAF, telah membantu banyak pasien karena meningkatkan pengobatan yang dipersonalisasi.

Namun, sekitar 80% pasien mengembangkan resistensi terhadap inhibitor BRAF dan MEK. Peneliti fokus mencari strategi baru untuk mengatasi masalah ini. Selain itu, upaya terus dilakukan untuk meningkatkan pengobatan bagi pasien yang tidak merespons terapi yang ada, termasuk mengurangi efek samping tanpa mengorbankan efektivitas.

“Toksisitas dan efek samping selalu menjadi perhatian dalam pengobatan kanker,” kata Dr. Smithy, menyoroti pentingnya menyeimbangkan pengobatan untuk menyembuhkan pasien. Penelitian terus berlanjut untuk mengoptimalkan penggunaan imunoterapi dan terapi yang ditargetkan.

Perkembangan pengobatan melanoma, terutama untuk tahap lanjut, memberikan harapan baru bagi pasien. Inhibitor checkpoint imun dan terapi yang ditargetkan telah berhasil meningkatkan kelangsungan hidup dan memberikan pilihan baru dalam pengobatan. Namun, tantangan besar tetap ada bagi pasien yang tidak merespons. Penelitian berkelanjutan diperlukan untuk mengurangi efek samping dan memperluas efisiensi pengobatan.

Sumber Asli: www.mskcc.org

About Malik Johnson

Malik Johnson is a distinguished reporter with a flair for crafting compelling narratives in both print and digital media. With a background in sociology, he has spent over a decade covering issues of social justice and community activism. His work has not only informed but has also inspired grassroots movements across the country. Malik's engaging storytelling style resonates with audiences, making him a sought-after speaker at journalism conferences.

View all posts by Malik Johnson →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *