Data Rucaparib Tunjukkan Pentingnya Penelitian Lebih Lanjut untuk Kanker Ovarium BRCA+

Research on rucaparib reveals a median overall survival of 19.4 months for patients with relapsed BRCA-mutated ovarian cancer, compared to 25.4 months with chemotherapy. Results emphasize the need for more research to find suitable treatment options for these patients post-PARP inhibitor progression.

Rucaparib menunjukkan hasil median overall survival (OS) sebesar 19,4 bulan untuk pasien dengan kanker ovarium BRCA-mutasi yang relaps, dibandingkan dengan 25,4 bulan pada kelompok kemoterapi, berdasarkan temuan dari penelitian ARIEL4. Penelitian ini, yang diterbitkan di Lancet Oncology, menunjukkan perlunya penelitian lebih lanjut untuk menentukan opsi pengobatan yang sesuai bagi pasien yang telah mengalami progresi kanker setelah penggunaan inhibitor PARP.

Dalam analisis untuk medians survival, 70% pasien di rucaparib telah meninggal dibandingkan dengan 66% di kelompok kemoterapi. Untuk pasien dengan penyakit platinum-resistant, OS adalah 14,2 bulan untuk rucaparib dibandingkan 22,2 bulan untuk kemoterapi. Hasil ini mengindikasikan bahwa meskipun rucaparib digunakan, kemoterapi tetap menawarkan hasil lebih baik dalam beberapa subkelompok.

Hasil keseluruhan menunjukkan bahwa pasien yang diobati dengan kemoterapi memiliki OS lebih tinggi dibandingkan dengan yang menerima rucaparib, meskipun hasil serupa terlihat pada subkelompok pasien yang sensitif terhadap platinum. Dr. Amit M. Oza menekankan bahwa indikasi inhibitor PARP untuk kanker ovarium saat ini lebih terbatas, yang menunjukkan kebutuhan penelitian lebih dalam untuk memahami perawatan yang tepat untuk pasien ini.

Sebanyak 349 pasien terdaftar dalam penelitian, dengan 233 menerima rucaparib dan 116 menerima kemoterapi. Dengan analisis lanjutan, ditemukan bahwa durasi median pengobatan dan efek samping memiliki profil yang berbeda; rucaparib menunjukkan lebih banyak kejadian merugikan seperti peningkatan transaminase serta anemia.

Sebanyak 5% pasien di kelompok rucaparib meninggal akibat efek samping pengobatan, menunjukkan bahwa meskipun rucaparib memberikan alternatif pengobatan, kemoterapi masih berfungsi lebih efektif untuk banyak pasien kanser ovarium.

Temuan dari penelitian ini menunjukkan hasil yang lebih baik pada kemoterapi dibandingkan dengan rucaparib untuk pasien dengan kanker ovarium BRCA-mutasi yang relaps. Dengan banyaknya pasien yang memerlukan opsi pengobatan setelah penggunaan inhibitor PARP, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk melihat efektivitas yang lebih luas dari rucaparib dan mengidentifikasi pengobatan yang paling tepat.

Sumber Asli: www.oncnursingnews.com

About Chloe Kim

Chloe Kim is an innovative journalist known for her work at the intersection of culture and politics. She has a vibrant career spanning over 8 years that includes stints in major newsrooms as well as independent media. Chloe's background in cultural studies informs her approach to reporting, as she amplifies stories that highlight diverse perspectives and experiences. Her distinctive voice and thought-provoking articles have earned her a loyal following.

View all posts by Chloe Kim →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *