Navigasi Pengobatan Kanker Payudara Triple Negatif dengan Sacituzumab Govitecan

Sacituzumab govitecan adalah agen baru yang meningkatkan hasil pengobatan untuk kanker payudara triple negatif, meski memerlukan manajemen cermat terhadap efek samping. Peran farmasis klinis sangat penting dalam pengelolaan terapi ini. Data uji coba menunjukkan bahwa SG menawarkan kelangsungan hidup yang lebih baik dibandingkan kemoterapi tradisional, tapi risiko efek samping juga harus mitigasi dengan serius.

Kanker payudara triple negatif (TNBC) merupakan subtipe agresif yang menyumbang sekitar 15% dari semua kasus kanker payudara di AS. Pilihan terapeutik yang terbatas pada TNBC menjadikan pengenalan agen sasaran seperti sacituzumab govitecan (SG) sangat penting. SG adalah antibodi konjugat yang menargetkan Trop-2, meningkatkan kelangsungan hidup bebas progresi (PFS) dan kelangsungan hidup secara keseluruhan (OS) di antara pasien TNBC. Namun, penggunaannya juga memerlukan manajemen efek samping yang cermat.

Peran farmasis klinis sangat krusial dalam mengoptimalkan terapi SG dengan memantau efek samping, memberi panduan penyesuaian dosis, dan strategi perawatan suportif, guna meningkatkan kepatuhan dan hasil pengobatan pasien. Mereka memastikan bahwa pasien mendapatkan manfaat maksimal dan meminimalisir komplikasi dari pengobatan. Kekurangan terapi hormonal dan target HER2 pada TNBC juga menjelaskan terbatasnya pilihan terapi, yang saat ini masih mengandalkan kemoterapi sitotoksik.

Sacituzumab govitecan (SG) merupakan ADC yang mengandung SN-38, turunan irinotekan, dan telah mendapatkan persetujuan FDA untuk beberapa indikasi, termasuk sebagai monoterapi untuk TNBC yang tidak dapat dioperasi. Dalam uji coba fase 3 ASCENT, SG menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam PFS dan OS dibandingkan kemoterapi tunggal. Dengan median PFS mencapai 4,8 bulan untuk SG dibandingkan 1,7 bulan untuk kemoterapi,

Dari sudut pandang keamanan, banyak efek samping yang terkait dengan terapi SG dan manajemen yang tepat sangat penting. Efek samping tersebut mencakup mual (67%), diare (62%), kelelahan (55%), dan neutropenia (64%). Pengelolaan dosis merupakan cara yang paling efektif untuk mengurangi risiko efek samping ini. Mengurangi dosis setelah terjadi efek samping berat, serta menghentikan terapi sementara untuk pemulihan kesehatan pasien, adalah beberapa strategi yang diterapkan.

Strategi untuk mengatasi efek samping seperti mual memerlukan premidikasi dengan rejimen dua atau tiga obat. Keberhasilan terapi tidak hanya bergantung pada efikasi obat, tetapi juga pada manajemen efek samping yang baik untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Inovasi dalam terapi seperti sacituzumab govitecan memberikan harapan baru bagi pasien TNBC, dengan dukungan farmakologis dan kolaborasi spesialis onkologi yang terus diperbarui dan diperkuat.

Terapi sasaran seperti sacituzumab govitecan telah mengubah lanskap pengobatan untuk TNBC, memberikan harapan baru melalui manajemen efek samping yang efektif. Namun, keberhasilan terapi ini sangat bergantung pada peran farmasis klinis dan spesialis onkologi dalam memastikan pasien dapat menjalani pengobatan dengan nyaman dan aman, yang memperbaiki kualitas hidup mereka.

Sumber Asli: www.pharmacytimes.com

About Chloe Kim

Chloe Kim is an innovative journalist known for her work at the intersection of culture and politics. She has a vibrant career spanning over 8 years that includes stints in major newsrooms as well as independent media. Chloe's background in cultural studies informs her approach to reporting, as she amplifies stories that highlight diverse perspectives and experiences. Her distinctive voice and thought-provoking articles have earned her a loyal following.

View all posts by Chloe Kim →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *