UCLA meneliti cara baru mengobati glioblastoma dengan menjadikan sel kanker tidak berbahaya menggunakan radiasi serta forskolin. Penelitian ini menunjukkan peluang untuk memperpanjang umur pasien melalui pengubahan identitas sel tumor, meskipun ada tantangan seperti kekambuhan yang perlu diperhatikan.
Penelitian di UCLA telah mengidentifikasi strategi baru untuk mengobati glioblastoma, jenis kanker otak paling mematikan. Dengan mengombinasikan terapi radiasi dan senyawa dari tumbuhan, forskolin, sel-sel glioblastoma dapat diprogram ulang menjadi tidak berbahaya. Ini bisa menjadikan tumor tidak mampu membelah atau menyebar setelah terpapar radiasi, yang dikenal sementara membuat sel kanker lebih fleksibel. Dalam percobaan pada tikus, terapi ini berhasil memperpanjang umur dengan efektif.
Sesuai penelitian yang dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, efek kombinasi radiasi dan forskolin mampu mengetuk pori sel tumor, sehingga mengubah identitas sel menjadi mirip neuron atau mikroglia, yang berpotensi mengurangi kemampuan sel untuk tumbuh kembali menjadi tumor. Dengan metode ini, sel-sel glioma menjadi lebih mudah diubah sifatnya dibanding terapi konvensional.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa pendekatan ini berhasil menembus penghalang darah-otak, memusnahkan sel-sel tumor, dan menunda pertumbuhan tumor di dalam model tikus. Dalam kasus-kasus tertentu, terapi ini juga dapat mengendalikan tumor dalam jangka panjang. Meskipun ada indikasi keberhasilan, masih ada tantangan seperti terjadinya kekambuhan pada beberapa tikus.
“Temuan ini menyoroti potensi terapi ganda untuk secara substansial meningkatkan kelangsungan hidup pada model glioblastoma,” kata Dr. Ling He. Peneliti berharap dapat merombak pengobatan glioblastoma dengan memanfaatkan fleksibilitas sel glioma yang diinduksi oleh radiasi, meningkatkan hasil perawatan bagi pasien.
Penelitian ini menawarkan harapan baru dalam pengobatan glioblastoma dengan memprogram ulang sel tumor menjadi tidak berbahaya menggunakan terapi kombinasi radiasi dan forskolin. Meskipun hasilnya menjanjikan, tantangan berupa potensi kekambuhan masih perlu diatasi. Dengan pengembangan lebih lanjut, diharapkan metode ini bisa meningkatkan kelangsungan hidup pasien glioblastoma.
Sumber Asli: www.technologynetworks.com