Peneliti Universitas Kentucky mengembangkan senyawa berbasis emas baru yang menunjukkan potensi dalam melawan kanker. Senyawa ini bekerja dengan mengganggu mitokondria, sumber energi sel kanker, dan menunjukkan efektivitas melawan berbagai jenis kanker. Riset ini berkolaborasi dengan studi sebelumnya tentang auranofin dan merancang senyawa yang lebih stabil di dalam tubuh.
Peneliti di Universitas Kentucky di Lexington telah mengembangkan kelas baru senyawa berbasis emas yang menjanjikan untuk melawan berbagai jenis kanker. Dipimpin oleh Samuel G. Awuah, peneliti dari Markey Cancer Center, studi ini dipublikasikan dalam Dalton Transactions dan menunjukkan bahwa senyawa tersebut dapat membunuh sel kanker dengan mengganggu produksi energi mereka.
Senjata baru ini fokus pada mitokondria, sumber energi sel, yang ditargetkan untuk dimatikan pada sel kanker. Dalam pengujian laboratorium, senyawa ini terbukti efektif melawan sel kanker dari tumor payudara, ovarium, dan paru-paru. Awuah menyatakan bahwa доступ penggunaan senyawa emas dapat mengarah pada pengembangan pengobatan kanker yang lebih efektif.
Studi ini memperluas penelitian sebelumnya tentang auranofin, obat berbasis emas yang disetujui FDA untuk pengobatan arthritis dan terbukti memiliki potensi sebagai terapi kanker. Pada tahun 2020, NIH memberikan hibah sebesar $11,2 juta untuk mendukung penyelidikan yang mencakup penelitian Awuah mengenai kemungkinan penggunaan auranofin dalam pengobatan kanker.
Tim peneliti merancang senyawa baru agar lebih stabil dalam tubuh dibandingkan auranofin. Proses “stapling” yang mereka gunakan membantu mengikat molekul emas dengan struktur kimia lain sehingga lebih resisten terhadap kerusakan. Stabilitas ini memungkinkan senyawa mempertahankan sifat anti-kankernya lebih lama dalam tubuh.
Senjata baru ini menunjukkan aktivitas anti-kanker yang menjanjikan di berbagai lini sel kanker yang berasal dari tumor berbeda. Strateginya adalah untuk mengganggu sintesis dalam sel kanker yang mengalami hiper-metabolisme. Perubahan pada cara mitokondria memproses oksigen dan bertukar elektron adalah mekanisme yang digunakan untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker.
Kelas baru kompleks Au(I) ini memiliki potensi anti-kanker yang menarik, dan Awuah percaya bahwa merancang senyawa emas dengan afinitas kuat terhadap protein onkoprotein c-Myc dapat menjadi terobosan besar. Disregulasi protein ini terkait dengan 50% kanker, termasuk leukemia dan kanker payudara.
Penelitian Universitas Kentucky menunjukkan potensi besar senyawa berbasis emas dalam memerangi kanker dengan menargetkan mitokondria sel kanker. Dengan stabilitas yang lebih baik, senyawa ini bisa menjadi terapi baru yang efektif. Desain senyawa ini dapat menjadi solusi terhadap kanker yang terkait dengan protein onkoprotein c-Myc, menawarkan harapan baru bagi pengobatan kanker.
Sumber Asli: www.lanereport.com