Trastuzumab Rezetecan: Terapi Potensial untuk Kanker Paru HER2-Mutasi

Trastuzumab rezetecan menunjukkan respons yang signifikan pada 73% pasien dengan NSCLC HER2-mutation. Uji klinis fase 2 melibatkan 94 pasien dan menunjukkan efek samping terkendali. Pengobatan ini sangat menjanjikan untuk pasien dengan mutasi langka HER2.

Trastuzumab rezetecan (SHR-A1811) adalah obat conjugate antibodi baru yang menunjukkan perbaikan signifikan dalam mengurangi tumor pada pasien dengan kanker paru non kecil (NSCLC) yang memiliki mutasi HER2. Dalam studi, 73% pasien menunjukkan tingkat respons objektif yang terkonfirmasi (ORR). Kanker paru-paru merupakan jenis kanker ketiga terbanyak di AS dan penyebab utama kematian akibat kanker, dengan hanya 2% pasien NSCLC mengalami mutasi HER2.

Pengobatan trastuzumab rezetecan diujicobakan dalam uji klinis fase 2 (HORIZON-Lung) yang melibatkan 94 pasien. Dosisi yang diberikan adalah 4,8 mg/kg secara intravena setiap 3 minggu. Para peserta telah menerima pengobatan sebelumnya dengan kemoterapi berbasis platinum dan terapi anti-PD-1/L1.

Pada saat tindak lanjut median 8,7 bulan, 73% pasien menunjukkan ORR yang positif. Wolfgang Brueckl, MD, menyatakan bahwa trastuzumab rezetecan menunjukkan perbaikan dalam ORR dan tingkat pengendalian penyakit dibandingkan dengan trastuzumab deruxtecan.

Efek samping yang umum terjadi adalah penurunan jumlah neutrofil (40%), diikuti penurunan jumlah sel darah putih (27%), dan anemia (23%). 23% pasien mengalami efek samping serius yang termasuk penurunan jumlah sel darah dan interstitial lung disease pada 5% pasien, tetapi tidak ada kematian terkait pengobatan yang dilaporkan.

Trastuzumab rezetecan menunjukkan hasil yang positif dalam merawat pasien dengan NSCLC yang memiliki mutasi HER2, dengan tingkat respons objektif yang tinggi dan dosis yang dapat diterima. Kualitas dan keamanan pengobatan ini menjadikannya sebagai opsi yang menjanjikan bagi pasien dengan mutasi langka ini. Efek samping yang dilaporkan sebagian besar dapat diatasi tanpa kematian terkait pengobatan.

Sumber Asli: www.pharmacytimes.com

About Samuel Miller

Samuel Miller is a veteran journalist with more than 20 years of experience in print and digital media. Having started his career as a news reporter in a small town, he rose to prominence covering national politics and economic developments. Samuel is known for his meticulous research and ability to present complex information in a reader-friendly manner. His dedication to the craft of journalism is matched only by his passion for ensuring accuracy and accountability in reporting.

View all posts by Samuel Miller →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *