Maret: Bulan Kesadaran Kanker Kolorektal

Maret merupakan Bulan Kesadaran Kanker Kolorektal, dengan kanker ini sebagai penyebab kedua kematian akibat kanker di AS. Skrining rutin mulai pada usia 45 tahun sangat dianjurkan, terutama bagi mereka dengan riwayat keluarga. Kolonoskopi adalah metode utama deteksi, dan perubahan gaya hidup bisa membantu menurunkan risiko terjadinya kanker kolorektal.

Maret adalah Bulan Kesadaran Kanker Kolorektal, dan kanker kolorektal adalah penyebab kedua kematian terkait kanker di Amerika Serikat, menurut American Cancer Society. Banyak kematian yang bisa dicegah jika lebih banyak orang menjalani skrining. American Cancer Society merekomendasikan agar orang yang berisiko rata-rata mulai skrining rutin dari usia 45 tahun.

Kanker ini sering disebut kanker diam karena jarang menunjukkan gejala. “Jika Anda berusia 45 tahun atau lebih atau memiliki riwayat keluarga polip atau kanker kolorektal, jangan tunda untuk menjalani skrining,” kata Dr. Megan Morriss, seorang ahli bedah umum di Saint Luke’s Allen County Regional Hospital dan Anderson County Hospital.

Kolonoskopi adalah tes paling umum untuk mendiagnosis kanker kolorektal. Dalam skrining ini, dokter menggunakan kamera untuk mencari pertumbuhan abnormal, atau polip, di lapisan usus besar. “Skrining yang tepat waktu dapat sering menemukan kanker kolorektal lebih awal ketika masih kecil dan lebih mudah diobati dengan operasi,” ujar Dr. Morriss.

Skrining rutin juga dapat mencegah kanker kolorektal, sebab polip bisa memerlukan waktu 10 hingga 15 tahun untuk berkembang menjadi kanker. Dengan melakukan skrining, dokter dapat menemukan dan mengangkat polip sebelum menjadi kanker. Kasus kanker kolorektal banyak dipengaruhi oleh usia dan faktor genetik, namun Anda dapat mengurangi risikonya dengan mengelola pola makan dan aktivitas fisik.

Menjadi kelebihan berat badan atau obesitas meningkatkan risiko berkembangnya polip dan kanker kolorektal. Meningkatkan aktivitas fisik, membatasi konsumsi daging merah dan olahan, serta memperbanyak sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian dapat menurunkan risiko. Mengurangi konsumsi alkohol dan berhenti merokok sekaligus dapat juga membantu dalam mengurangi risiko.

Frekuensi skrining lanjutan bervariasi tergantung pada hasil individu dan faktor risiko. Bicarakan dengan penyedia layanan kesehatan Anda mengenai kapan harus kembali untuk skrining lagi. Jika skrining terlewat, ada tanda peringatan kanker kolorektal. “Tanda peringatan terbesar adalah darah dalam tinja,” ucap Dr. Morriss. Tanda lainnya bisa termasuk nyeri perut yang tidak hilang atau penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.

Bagi yang enggan melakukan skrining karena takut kolonoskopi, terdapat pilihan lain, termasuk tes tinja berbasis rumah. “Seperti kanker lainnya, deteksi lebih awal lebih baik,” kata Dr. Morriss. “Penting untuk berdiskusi dengan penyedia layanan kesehatan Anda untuk menemukan apa yang sesuai untuk Anda. Jika Anda belum melakukan pemeriksaan tahunan untuk waktu yang lama, mulailah dari situ.”

Dr. Morriss memberikan skrining kolonoskopi rutin untuk pasien yang tidak mengalami gejala dan memiliki risiko rata-rata untuk kanker kolorektal. Pasien yang berisiko lebih tinggi, mengalami gejala, atau memiliki riwayat kanker kolorektal mungkin dirujuk ke gastroenterolog untuk perawatan lebih spesialis. Dr. Megan Morriss, MD, adalah ahli bedah umum bersertifikat di Allen County Regional Hospital dan Anderson County Hospital.

Maret adalah Bulan Kesadaran Kanker Kolorektal. Untuk mencegah dan mendeteksi kanker kolorektal secara dini, penting bagi semua orang yang berusia 45 tahun ke atas untuk menjalani skrining. Dengan kolonoskopi dan pengelolaan gaya hidup yang tepat, risiko kanker kolorektal dapat dikurangi. Jika ada gejala mencolok atau riwayat keluarga, segera konsultasi dengan dokter.

Sumber Asli: www.saintlukeskc.org

About Chloe Kim

Chloe Kim is an innovative journalist known for her work at the intersection of culture and politics. She has a vibrant career spanning over 8 years that includes stints in major newsrooms as well as independent media. Chloe's background in cultural studies informs her approach to reporting, as she amplifies stories that highlight diverse perspectives and experiences. Her distinctive voice and thought-provoking articles have earned her a loyal following.

View all posts by Chloe Kim →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *