Penelitian baru menantang kepercayaan lama bahwa hewan yang lebih besar lebih rentan terhadap kanker. Studi ini menemukan bahwa hewan besar memiliki prevalensi kanker lebih tinggi dan memperlihatkan bagaimana evolusi dapat dipengaruhi oleh ancaman kanker. Penelitian ini juga membuka jalan bagi pemahaman lebih lanjut tentang pengobatan kanker pada manusia.
Penelitian baru telah menantang kepercayaan lama mengenai hubungan antara prevalensi kanker dan ukuran tubuh hewan. Selama ini diyakini bahwa hewan yang lebih besar lebih rentan terhadap kanker. Namun, penelitian ini mengamati lebih dari 260 spesies hewan dan menemukan bahwa hewan yang lebih besar justru memiliki prevalensi kanker yang lebih tinggi dibandingkan hewan yang lebih kecil. Temuan ini mendukung penemuan Profesor Sir Richard Peto yang sebelumnya menjelaskan bahwa hewan besar, seperti gajah Asia, memiliki banyak salinan gen penghambat tumor TP53 yang melindungi mereka dari kanker.
Penelitian ini menggunakan data dari institusi satwa liar dan metode statistik modern untuk berbandingkan prevalensi kanker di antara hewan-hewan. Meskipun lebih besar, hewan yang cepat mencapai ukuran ini, seperti lumba-lumba, menunjukkan prevalensi kanker yang lebih rendah, menantang teori Cope bahwa ukuran tubuh yang lebih besar menguntungkan. Temuan ini juga menunjukkan bahwa ancaman kanker dapat memengaruhi jalur evolusi spesies.
Manusia, meskipun berevolusi dengan cepat, tidak termasuk dalam penelitian ini karena banyak faktor yang mempengaruhi prevalensi kanker pada manusia. Memahami mekanisme pertahanan kanker dalam spesies lain, seperti tikus mole telanjang, bisa membuka jalan untuk pengobatan kanker pada manusia. Penelitian menunjukkan bahwa cara spesies berevolusi melawan kanker bisa memberikan wawasan untuk memerangi penyakit ini di zaman modern.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa hewan yang lebih besar cenderung memiliki prevalensi kanker yang lebih tinggi daripada yang lebih kecil, bertentangan dengan teori lama. Penelitian ini memperkaya pemahaman kita tentang evolusi dan kanker, serta menawarkan potensi untuk aplikasi medis di masa depan dengan mempelajari mekanisme pertahanan kanker yang telah berkembang pada beberapa spesies.
Sumber Asli: www.ndtv.com