Sebuah studi baru menemukan bahwa spesies besar lebih sering mengalami kanker, tetapi beberapa, seperti gajah, punya mekanisme untuk melawannya. Penelitian ini menggali data dari banyak hewan dan mengeksplorasi exception menarik, seperti tikus telanjang yang kebal kanker. Temuan ini bermanfaat untuk penelitian kanker pada manusia.
Sebuah studi baru yang dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) menunjukkan pola yang jelas antara ukuran dan kejadian tumor: spesies yang lebih besar umumnya memiliki tingkat kanker yang lebih tinggi. Namun, spesies besar seperti gajah memiliki mekanisme biologis kuat untuk melawan kanker. Penelitian ini menggali data dari laporan autopsi hewan, termasuk 31 amfibi, 79 burung, 90 mamalia, dan 63 reptil, dan menemukan bahwa meskipun berbeda dalam pola pertumbuhan, hewan besar cenderung mengalami kanker lebih sering.
Dr. Joanna Baker dari University of Reading menjelaskan bahwa spesies yang berkembang menjadi lebih besar juga mengembangkan kemampuan luar biasa dalam memerangi kanker. Gajah tidak perlu khawatir meskipun memiliki ukuran besar karena mekanisme biologis mereka yang rumit mengendalikan pertumbuhan tumor. Untuk manusia, hubungan antara ukuran dan kanker lebih rumit akibat kemajuan medis dan faktor lingkungan, meski ada pola umum yang menunjukkan spesies besar cenderung mengalami kanker lebih sering.
Beberapa pengecualian yang menarik juga ditemukan dalam penelitian ini. Contohnya, burung paruh bengkok biasa memiliki tingkat kanker 40 kali lebih tinggi dari yang diperkirakan tetapi tikus telanjang menunjukkan ketahanan hampir total terhadap kanker. Temuan ini menunjukkan potensi cara baru dalam penelitian kanker manusia dengan mempelajari mekanisme pertahanan alami yang ditemukan pada hewan tertentu.
Penelitian ini memperlihatkan hubungan kompleks antara ukuran spesies dan risiko kanker. Meskipun hewan besar umumnya memiliki risiko lebih tinggi, beberapa spesies, seperti gajah, menunjukkan kemampuan unik dalam melawan kanker. Pemahaman alaminya dapat memberikan wawasan untuk pengobatan kanker pada manusia di masa depan.
Sumber Asli: m.economictimes.com