Penelitian menunjukkan bahwa pemadam kebakaran berisiko lebih tinggi terkena glioma akibat paparan haloalkana dalam pekerjaan mereka. Hasil awal ini membutuhkan konfirmasi lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar.
Sebuah studi kecil menunjukkan bahwa pemadam kebakaran mungkin menghadapi risiko lebih tinggi terkena kanker otak akibat paparan bahan kimia dari pemadam kebakaran. Penelitian ini menemukan bahwa pemadam kebakaran veteran memiliki risiko lebih besar terhadap tumor otak jenis glioma, yang terkait dengan mutasi gen yang berhubungan dengan bahan kimia penghambat api bernama haloalkana.
Glioma adalah jenis kanker otak yang paling umum, menyumbang sekitar sepertiga dari semua tumor otak, menurut Johns Hopkins Medicine. Dalam penelitian ini, terdapat 17 pemadam kebakaran dengan glioma yang berpartisipasi dalam studi di Universitas California-San Francisco, rata-rata telah bekerja selama 22 tahun.
Tim peneliti membandingkan tumor para pemadam kebakaran dengan 18 peserta lain yang bekerja di bidang lain. Hasilnya menunjukkan bahwa tumor pemadam kebakaran lebih mungkin mengandung tanda mutasi terkait haloalkana, terutama pada mereka yang telah berkarir cukup lama. Penelitian ini juga menemukan bahwa pekerja di bidang tertentu, seperti pengecatan mobil, bisa juga terpapar haloalkana.
Walaupun data yang diperoleh masih awal, Dr. Elizabeth Claus, peneliti utama, menekankan pentingnya mengidentifikasi paparan agen mutasi sebagai langkah untuk strategi intervensi kesehatan masyarakat. Penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar dan beragam profesi diperlukan untuk memperkuat temuan ini.
Studi ini menunjukkan bahwa pemadam kebakaran memiliki risiko lebih tinggi terkena glioma akibat paparan haloalkana dari pekerjaan mereka. Hal ini menyoroti perlunya penelitian lebih lanjut untuk mengkonfirmasi temuan ini dan meningkatkan kesadaran tentang risiko kesehatan yang dihadapi oleh pemadam kebakaran serta pekerja lain yang terpapar bahan kimia tersebut.
Sumber Asli: www.usnews.com