Studi baru menunjukkan potensi catatan kesehatan elektronik untuk memprediksi risiko kanker lambung, memungkinkan identifikasi pasien berisiko tinggi dan intervensi lebih awal. Model prediktif ini berpotensi mengubah metode skrining kanker dengan data klinis yang sudah ada, meningkatkan efektivitas dan akurasi pemeriksaan. Peneliti mencatat perlunya perbaikan, tetapi melihat peluang besar untuk penelitian lebih lanjut dan aplikasi luas di bidang kesehatan.
Sebuah studi inovatif menunjukkan potensi catatan kesehatan elektronik (EHR) dalam memprediksi risiko kanker lambung. Dengan menggunakan model prediktif yang menganalisis data klinis, peneliti dapat mengidentifikasi individu berisiko tinggi yang memerlukan skrining endoskopi lebih awal, berpotensi mengubah praktik pencegahan kanker oleh gastroenterolog. Deteksi dini sangat penting untuk meningkatkan hasil bagi pasien kanker lambung, tetapi metode skrining tradisional sering kali invasif dan memakan banyak sumber daya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa data pasien yang ada dalam EHR, seperti hasil laboratorium, dapat digunakan untuk memprediksi risiko kanker dengan cara yang lebih efisien dan tidak invasif. Dr. Michelle Kang Kim, ketua Departemen Gastroenterologi di Cleveland Clinic, menyoroti kekuatan data dunia nyata dalam memprediksi penyakit serius seperti kanker lambung. Tujuan dari penelitian ini adalah memperluas model prediktif ke penyakit umum lainnya, memungkinkan intervensi lebih awal pada pasien berisiko tinggi.
Penelitian ini melibatkan 614 pasien berusia 40 hingga 80 tahun yang didiagnosis dengan kanker lambung noncardia (NCGC) dan diperlakukan di pusat medis besar antara 2010 dan 2021. Para peneliti secara acak memilih kontrol tanpa diagnosis NCGC dalam rasio 1:10.
Mereka mengevaluasi akurasi klasifikasi pasien dan menghitung probabilitas NCGC menggunakan metode analisis data lanjutan. Penggunaan estimator 0,632 menghasilkan nilai 0,731, menunjukkan kinerja model yang kuat. Probabilitas NCGC meningkat seiring bertambahnya usia dan ditemui pada kelompok tertentu seperti pria dan ras tertentu. Sebaliknya, pasien dengan penyakit liver menunjukkan risiko lebih rendah terhadap NCGC.
Model ini juga menunjukkan nilai prediksi positif (PPV) yang mendekati nilai yang diinginkan untuk tes skrining. Dr. Kim menekankan bahwa pendekatan data sains ini bisa merevolusi cara skrining dilakukan, menghasilkan metode yang lebih akurat dan efektif. Peneliti menyadari perlunya perbaikan, tetapi hasil awal dianggap sebagai langkah penting.
Dr. Rashmi Advani, profesor di Icahn School of Medicine, menggarisbawahi pentingnya model prediksi risiko ini, terutama dengan meningkatnya kasus kanker lambung. Menurutnya, pendekatan ini dapat diterapkan pada berbagai kondisi untuk meningkatkan hasil pasien dengan mengidentifikasi individu berisiko tinggi sejak dini.
Dr. Kim optimis bahwa penelitian mereka dapat memiliki dampak yang lebih luas. “Kami tidak hanya fokus pada kanker lambung, tetapi juga berusaha menciptakan alat yang dapat digunakan pada berbagai penyakit,” jelasnya. Pendekatan inovatif ini diharapkan dapat memanfaatkan kekuatan data untuk membuat perawatan kesehatan lebih prediktif dan pencegahan.
Studi ini menggambarkan inovasi dalam menggunakan catatan kesehatan elektronik untuk memprediksi risiko kanker lambung. Dengan tujuan meningkatkan skrining melalui analisis data klinis yang ada, peneliti menunjukkan potensi untuk mengidentifikasi pasien berisiko tinggi. Ini tidak hanya membuka jalan bagi pencegahan kanker yang lebih efektif tetapi juga untuk pengembangan model prediktif di penyakit lain. Hasil awal ini menjadi langkah signifikan menuju perbaikan kesehatan masyarakat.
Sumber Asli: www.gastroendonews.com