Dokter Aventura, Dr. Mark Christ, dihukum karena gagal mendiagnosis kanker testis, harus menjalani probasi hingga 2026, membayar denda, dan mengikuti pendidikan lanjutan. Pasien baru terdiagnosis kanker setelah testis diangkat pada 2020.
Seorang dokter di Aventura, Dr. Mark Christ, menghadapi konsekuensi serius setelah gagal mendiagnosis kanker testis. Dengan pengalaman tiga dekade, ia kini harus menjalani masa probasi hingga Maret 2026, membayar denda $7,500, dan mengembalikan biaya penyelidikan sebesar $6,384. Dr. Christ juga harus mengikuti dua kursus pendidikan berkelanjutan selama lima jam tentang manajemen risiko dan kanker testis.
Selama masa probasi, Dr. Christ wajib berpraktik di bawah pengawasan tidak langsung dari seorang urologis bersertifikat. Ini berarti urologis pengawas tidak harus berada di lokasi yang sama, tetapi harus dalam jarak 20 mil. Ia diharuskan untuk meninjau 25% catatan pasien aktif Dr. Christ minimal sekali setiap kuartal dan melaporkan kepada Komite Probasi Dewan Kedokteran.
Kasus ini bermula ketika pasien berusia 42 tahun mengunjungi Uro-Medix pada 3 Oktober 2019 dengan keluhan massa di testis kanan. Meskipun Dr. Christ mempertimbangkan kemungkinan kanker, dan hasil ultrasound menunjukkan massa mencurigakan, ia tidak melakukan biopsi atau diagnosa yang tepat. Sebagai akibatnya, kanker baru terdiagnosis setelah testis kanan diangkat pada 28 Agustus 2020, dan pasien dirujuk untuk perawatan kanker.
Kanker pada akhirnya dapat remisi setelah kemoterapi, namun perkara ini menjadi pengingat penting bagi PRAKTEK kedokteran agar selalu tepat dalam diagnosis dan pengobatan.
Dr. Mark Christ mengalami konsekuensi berat akibat kelalaian dalam mendiagnosis kanker testis. Kesalahan ini berdampak pada masa probasi, denda, dan tuntutan pendidikan tambahan. Kasus ini menggambarkan pentingnya akurasi dalam diagnosis untuk mencegah keterlambatan yang bisa berakibat fatal bagi pasien.
Sumber Asli: www.miamiherald.com