Pamiparib dan surufatinib memiliki aktivitas moderat pada pasien kanker ovarium tahan platinum. Uji coba POST-PARPi menunjukkan 46,7% kelangsungan hidup bebas progresi dalam enam bulan dan efek samping dapat dikelola. ctDNA dianggap berpotensi sebagai alat prediksi hasil pengobatan.
Pamiparib dan surufatinib menunjukkan aktivitas yang moderat dalam pengobatan pasien kanker ovarium yang tahan platinum setelah pengobatan dengan PARP. Data dari uji coba POST-PARPi menunjukkan bahwa terapi kombinasi ini memiliki tingkat kelangsungan hidup bebas progresi (PFS) enam bulan sebesar 46,7%. Selain itu, rasio respons objektif (ORR) adalah 6,9%, dengan 69% pasien mengalami kontrol penyakit. Penulis utama, Chunyan Lan, menjelaskan bahwa kombinasi ini menawarkan aktivitas antitumor yang bermakna dengan efek samping yang dapat dikelola.
Uji coba ini melibatkan pasien dengan kanker ovarium yang berkembang setelah pengobatan PARP, dengan fokus pada penilaian DNA tumor sirkulasi (ctDNA). Pasien menerima dosis pamiparib dan surufatinib dalam siklus 21 hari, dan semua peserta dimasukkan dalam analisis keamanan. Dari 29 pasien, 4 diberhentikan karena evaluasi yang tidak dapat dilakukan.
Uji coba ini menunjukkan bahwa efek samping grade 3 atau 4 terjadi pada 37,9% pasien, dengan efek samping paling umum adalah trombositopenia dan anemia. Koncentrasi ctDNA yang lebih tinggi terkait dengan progresi penyakit dalam waktu enam bulan. Temuan menunjukkan ctDNA bisa menjadi alat yang berharga untuk memprediksi hasil pengobatan, namun perlu validasi lebih lanjut dalam studi yang lebih besar.
Kombinasi pamiparib dan surufatinib menunjukkan potensi sebagai pilihan pengobatan yang layak bagi pasien kanker ovarium yang tahan platinum setelah pengobatan PARP. Dengan efek samping yang dapat dikelola dan hasil yang menjanjikan, studi ini mendorong eksplorasi lebih lanjut terhadap penggunaan ctDNA untuk memprediksi respons pengobatan.
Sumber Asli: www.onclive.com