Tes Darah Kanker Ovarium Kurang Akurat untuk Pasien Kulit Hitam dan Penduduk Asli Amerika

Studi baru menunjukkan bahwa tes darah CA-125 untuk kanker ovarium tidak akurat untuk pasien kulit hitam dan penduduk asli Amerika, berpotensi memperlambat pengobatan. Penelitian ini mengajak perhatian pada kebutuhan akan batasan baru untuk memberikan perawatan yang lebih tepat bagi semua kelompok.

Sebuah studi baru menemukan bahwa tes darah umum untuk kanker ovarium mungkin terlewatkan pada beberapa pasien kulit hitam dan penduduk asli Amerika, yang dapat memperlambat pengobatan mereka. Penelitian ini menyoroti ketidaksetaraan dalam pemeriksaan medis. Wanita penduduk asli Amerika memiliki tingkat kanker ovarium tertinggi, sementara wanita kulit hitam memiliki angka kelangsungan hidup yang lebih rendah dibandingkan wanita kulit putih. Mendeteksi kanker ovarium secara dini dapat meningkatkan peluang kelangsungan hidup.

Studi ini, didukung oleh hibah dari National Cancer Institute dan diterbitkan di JAMA Network Open, mengamati tes CA-125 yang mengukur penanda tumor dalam darah. Dokter menggunakan tes ini untuk menentukan apakah wanita dengan benjolan mencurigakan perlu dirujuk ke spesialis kanker. Pengertian hasil bagi orang dari berbagai ras dan etnis sangat penting, kata Dr. Shannon Westin dari MD Anderson Cancer Center.

Dr. Anna Jo Smith dari Universitas Pennsylvania menjelaskan bahwa meskipun tes ini tidak sempurna untuk wanita kulit putih, performanya yang buruk pada kelompok tertentu dapat berkontribusi pada ketidaksetaraan dalam rujukan dan pengobatan, serta angka kelangsungan hidup yang lebih rendah pada wanita kulit hitam. Analisis terhadap lebih dari 200,000 wanita dengan kanker ovarium menunjukkan bahwa pasien kulit hitam dan penduduk asli Amerika 23% lebih kecil kemungkinannya memiliki kadar CA-125 yang tinggi.

Penelitian menunjukkan bahwa pasien dengan hasil negatif palsu memulai kemoterapi rata-rata sembilan hari lebih lambat dibandingkan pasien dengan kadar tinggi. Terakhir, Smith dan rekan-rekannya mengusulkan ambang batas baru yang lebih rendah untuk tes darah ini agar berlaku lebih baik bagi semua populasi, yang bisa mengubah pedoman klinis. “Ambang baru untuk rujukan akan memastikan semua pasien mendapatkan perawatan cepat ketika kanker ovarium dicurigai,” kata Smith.

Tes darah untuk kanker ovarium perlu disesuaikan agar lebih akurat bagi pasien kulit hitam dan penduduk asli Amerika untuk mengurangi ketidaksetaraan dalam diagnosis dan pengobatan. Penelitian ini menunjukkan perlunya pemahaman yang lebih baik tentang hasil tes dalam konteks ras dan etnis untuk meningkatkan kelangsungan hidup pasien.

Sumber Asli: www.newsday.com

About Aisha Tariq

Aisha Tariq is an accomplished journalist with expertise spanning political reporting and feature writing. Her travels across turbulent regions have equipped her with a nuanced perspective on global affairs. Over the past 12 years, Aisha has contributed to various renowned publications, bringing to light the voices of those often marginalized in traditional media. Her eloquent prose and insightful commentaries have garnered her both reader trust and critical acclaim.

View all posts by Aisha Tariq →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *