Dr. Sheela Rao menjelaskan peningkatan insiden kanker anal terlokalisasi serta pengobatan kemoradioterapi yang efektif. Uji klinis seperti ACT I dan ACT II menunjukkan bahwa kemoradioterapi menjadi standar baru, dengan banyak pasien menunjukkan respons positif. Fokus saat ini adalah meningkatkan hasil untuk pasien yang bertahan lebih lama.
Dr. Sheela Rao, seorang ahli onkologi dari Royal Marsden Hospital, membahas perkembangan terkini dalam pengobatan kanker anal terlokalisasi menjelang Hari Kesadaran Kanker Anal pada 21 Maret. Kanker anal, meski jarang, menunjukkan peningkatan insiden global, termasuk di Inggris dan Amerika Serikat. Oleh karena itu, penting untuk menyoroti pengobatan utama yang telah didukung oleh berbagai uji klinis.
Pengobatan kanker anal terlokalisasi awalnya didasarkan pada kemoradioterapi, yang menunjukkan efikasi tinggi dan dapat menyembuhkan sebagian besar pasien. Rao menjelaskan bahwa bedah lebih jarang digunakan karena hasil yang baik dari kemoradioterapi. Temuan ini berasal dari uji klinis terkenal seperti ACT I dan ACT II, yang menunjukkan kemoradioterapi sebagai standar pengobatan baru untuk pasien kanker anal.
Dalam uji ACT I, kombinasi kemoterapi dengan mitomisin dan radioterapi diterapkan, sedangkan ACT II membandingkan mitomisin dan cisplatin dengan fluorouracil dan radioterapi. Sebagian besar pasien di uji coba ini menunjukkan respons lengkap terhadap kemoradioterapi. Namun, pada beberapa pasien dengan penyakit sisa, tindakan bedah menjadi pilihan selanjutnya.
Dengan banyaknya pasien kanker anal yang kini bertahan lebih lama pasca pengobatan, Rao menekankan perlunya strategi untuk terus meningkatkan hasil perawatan bagi mereka.
Kanker anal lokal semakin umum, sehingga penting untuk memahami strategi pengobatan yang ada. Kemoradioterapi menjadi pengobatan utama, dengan bukti dari berbagai uji klinis. Meski ada kasus yang memerlukan operasi, fokus kini adalah pada peningkatan hasil untuk pasien yang bertahan lebih lama pasca pengobatan.
Sumber Asli: www.onclive.com