Sebuah studi terbaru menunjukkan hubungan antara tinta tato dan risiko kanker kulit serta limfoma yang lebih tinggi. Penelitian menyimpulkan bahwa individu bertato memiliki risiko lebih besar, terutama jika memiliki tato besar. Akumulasi tinta dalam kelenjar getah bening berpotensi mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, tetapi hubungan kausal masih perlu diteliti lebih lanjut.
Studi baru yang diterbitkan di The Lancet menunjukkan kemungkinan hubungan antara tinta tato dan risiko kanker limfoma yang lebih tinggi. Peneliti dari University of Southern Denmark dan University of Helsinki menganalisis data kesehatan dari Danish Twin Tattoo Cohort, yang melibatkan lebih dari 5.900 pasangan kembar, untuk mengeksplorasi efek tinta tato pada tubuh.
Dalam penelitian ini, hampir 2.400 pasangan kembar yang lahir antara 1960 dan 1996 dibandingkan, termasuk 316 pasangan di mana satu dari mereka didiagnosis menderita kanker. Hasilnya menunjukkan individu bertato lebih sering didiagnosis menderita kanker kulit dan limfoma dibandingkan yang tidak bertato.
Penelitian ini menemukan bahwa individu bertato memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker kulit, terutama yang memiliki tato besar (lebih besar dari telapak tangan) dengan peningkatan risiko kanker kulit hampir 2,4 kali lipat dan risiko limfoma hampir tiga kali lipat dibandingkan dengan yang tidak bertato.
Peneliti menjelaskan bahwa partikel tinta yang disuntikkan dapat berpindah dan menumpuk di dalam kelenjar getah bening, yang dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. “Kami dapat melihat bahwa partikel tinta menumpuk di kelenjar getah bening…” kata Henrik Frederiksen. Ia menambahkan bahwa respons konstan ini dari sistem kekebalan mungkin dapat mengganggu fungsi kelenjar getah bening.
Tinta tato terdiri dari berbagai senyawa, seperti logam dan pigmen organik, yang menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan dan risiko karsinogeniknya. Akumulasi partikel tinta di kelenjar getah bening dapat menyebabkan peradangan kronis dan meningkatkan risiko kanker seiring waktu.
Signe Bedsted Clemmensen, asisten profesor di biostatistik, mengatakan, “Studi kami menunjukkan jika memiliki tato meningkatkan risiko kanker.” Ia menekankan perlunya penelitian lebih lanjut untuk menentukan hubungan sebab-akibat antara tato dan kanker.
Para peneliti mengakui kompleksitas dalam menentukan hubungan pasti antara tato dan kanker karena pengembangan kanker bisa memakan waktu bertahun-tahun. Mereka berencana menyelidiki pengaruh partikel tinta terhadap fungsi kelenjar getah bening di tingkat molekuler.
“Pernyataan semacam ini menghasilkan alarm sosial yang tidak perlu,” kata Dr. Donís Muñoz, seorang dermatolog. Ia menambahkan bahwa dalam pengalaman 40 tahun kerjanya, ia belum pernah melihat tato menyebabkan kanker kulit.
Meskipun penelitian ini menunjukkan hasil yang signifikan, peneliti tidak dapat menetapkan seberapa besar peningkatan risiko kanker akibat tato. Penelitian lebih lanjut untuk memahami jenis limfoma tertentu yang mungkin lebih terkait dengan tato juga direncanakan. Hal ini penting mengingat semakin populernya tato dan implikasi jangka panjangnya terhadap kesehatan kulit.
Studi ini menunjukkan adanya kemungkinan hubungan antara tato dan peningkatan risiko kanker kulit serta limfoma. Meski hasilnya signifikan, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami apakah hubungan ini bersifat kausal. Penting untuk mengevaluasi efek jangka panjang dari tinta tato terkait kesehatan kulit dan respons inflamasi.
Sumber Asli: www.jpost.com