Hari Theranostics Sedunia: Awal Perawatan Kanker Presisi

Hari Theranostics Sedunia menandai kemajuan dalam pengobatan kanker presisi. Sejak pengenalan Iodine-131 oleh Dr. Saul Hertz, metode ini telah berevolusi dengan radioisotop lain. Terapi baru seperti FAPI dan transisi ke emis alpha menunjukkan potensi besar dalam perawatan kanker yang lebih efektif. Peningkatan teknologi pencitraan dan data akan memperkaya pendekatan berbasis pasien di masa depan.

Hari Theranostics Sedunia diperingati setiap 31 Maret, menandai kemajuan penting dalam perawatan kanker yang presisi. Dalam konteks kanker, tantangan utama adalah menargetkan dan menghancurkan tumor tanpa merusak jaringan sehat. Dalam sejarah, pengobatan kanker bermula dari pembedahan untuk kemudian berkembang dengan terapi radiasi yang diperkenalkan oleh Wilhelm Roentgen dan Marie Curie.

Penggunaan radioiodin (Iodine-131) oleh Dr. Saul Hertz membuka era terapi presisi melalui afinitas alami iodine terhadap jaringan tiroid. Kemudian, kemajuan bersama Hertz dan fisikawan Arthur Roberts menghasilkan “Multiscaler” yang mengukur penyerapannya dalam jaringan. Ini menandai langkah awal dalam pengobatan yang dipersonalisasi dan aplikasinya dalam imaji radioisotop.

Sejak temuan Hertz, banyak pengobatan radioisotop lainnya telah dikembangkan, seperti Strontium-89 dan Lutetium-177, yang memberikan radiasi terapeutik secara langsung ke tumor di tingkat molekuler. Radiotheranostics kini bergantung pada molekul target spesifik di sel kanker untuk memadukan pengobatan dan diagnosis secara efektif.

Dua agen radiotheranostik baru, 177Lu-DOTATATE dan 177Lu-PSMA, menunjukkan hasil klinis yang lebih baik. Melalui Positron Emission Tomography (PET) mereka dapat mendeteksi distribusi agen radioaktif, yang digunakan untuk pemilihan pasien dan memprediksi respons terapi. Selain itu, teknik pencitraan modern sangat penting untuk kesuksesan terapi ini.

Inovasi radiotheranostics meliputi pengembangan agen baru seperti penangkal Fibroblast Activation Protein (FAPI), yang menunjukkan potensi besar untuk transformasi terapi kanker. Selain itu, transisi menuju emis alpha seperti 225Ac-PSMA menjanjikan kekuatan yang lebih besar dan ketahanan yang lebih tinggi terhadap tumor.

Masa depan radiotheranostics berfokus pada keberagaman dalam terapi dengan pengembangan radioligand bispecific untuk menargetkan multiple tumor markers. Hal ini diharapkan meningkatkan spesifisitas pengobatan kanker dan mengurangi efek samping. Pendekatan berbasis pasien ini harus disertai dengan teknologi pencitraan yang lebih canggih dan algoritma pengolahan data untuk meningkatkan akurasi diagnosis dan pengobatan.

Hari Theranostics Sedunia memperingati terobosan dalam pengobatan kanker presisi. Inovasi seperti penggunaan radioisotop dan agen baru menjanjikan perawatan yang lebih tepat sasaran dengan efek samping yang minimal. Dengan peningkatan kemampuan pencitraan dan pengolahan data, masa depan terapi kanker menjadi lebih terPersonalisasi, meningkatkan hasil pengobatan bagi pasien.

Sumber Asli: www.dotmed.com

About Malik Johnson

Malik Johnson is a distinguished reporter with a flair for crafting compelling narratives in both print and digital media. With a background in sociology, he has spent over a decade covering issues of social justice and community activism. His work has not only informed but has also inspired grassroots movements across the country. Malik's engaging storytelling style resonates with audiences, making him a sought-after speaker at journalism conferences.

View all posts by Malik Johnson →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *