Pasien Kanker Pedesaan Menyebrang Negara Untuk Perawatan Khusus

Penelitian ini menemukan bahwa 7% pasien kanker Medicare menyeberang batas negara untuk menerima perawatan kanker, dan angka ini lebih tinggi bagi pasien di daerah pedesaan. Telehealth dapat meningkatkan akses, tetapi ada hambatan kebijakan lisensi yang perlu diatasi untuk memfasilitasi perawatan lebih baik.

Penelitian yang didanai oleh pemerintah menunjukkan bahwa 7% pasien kanker Medicare menyeberangi batas negara untuk perawatan kanker, dengan angka ini hampir dua kali lipat untuk pasien yang tinggal di daerah pedesaan. Penelitian ini, dipimpin oleh Tracy Onega dari Huntsman Cancer Institute, bertujuan untuk meningkatkan akses perawatan bagi pasien kanker yang tinggal jauh dari pusat medis utama.

Pasien kanker di daerah pedesaan sering melakukan perjalanan jauh untuk mendapatkan perawatan khusus. Namun, ada batasan mengenai bagaimana dokter dapat mengikuti pasien mereka secara virtual melalui telehealth. Data dari penelitian ini dapat digunakan untuk menginformasikan kebijakan dan praktik yang bertujuan menghilangkan hambatan tersebut.

Tim peneliti mengkaji lebih dari 1 juta penerima Medicare dengan kanker dan menemukan bahwa 8,3% pasien kanker menyeberang ke negara lain untuk prosedur bedah. Angka ini meningkat pada pasien pedesaan, yaitu 18,5% untuk bedah, 16,9% untuk terapi radiasi, dan 16,3% untuk kemoterapi.

Onega berpendapat bahwa telemedicine dapat menjembatani kekurangan dalam perawatan kanker meski tidak dapat menggantikan layanan klinis secara langsung. Misalnya, penilaian bedah dan tindak lanjut bisa dilakukan melalui telehealth untuk mengurangi beban perjalanan pasien, terutama di daerah terpencil.

Telehealth juga bisa digunakan untuk mengelola efek samping pengobatan, pemeriksaan klinis, serta layanan pencegahan. Akses terhadap layanan ini sangat penting bagi Huntsman Cancer Institute, yang melayani lima negara bagian pedesaan: Idaho, Montana, Nevada, Utah, dan Wyoming, di mana banyak pasien harus menempuh jarak jauh untuk mendapatkan perawatan.

Penggunaan telemedicine meningkat sejak pandemi COVID-19, dengan laporan menunjukkan bahwa 37% orang dewasa di atas 18 tahun menggunakan layanan tersebut pada tahun 2022. Namun, kebijakan lisensi medis yang beragam di setiap negara bagian menjadi penghalang bagi banyak pasien pedesaan untuk mendapatkan perawatan telehealth.

Onega menekankan pentingnya perluasan kebijakan lisensi agar dokter bisa memberikan layanan kesehatan melalui telehealth tanpa batasan negara. Hal ini bisa menghasilkan outcome yang lebih baik bagi pasien dan tim penyedia layanan kesehatan. “Pasien selalu menjadi prioritas”, imbuhnya.

Penelitian ini didukung oleh National Institutes of Health/National Cancer Institute dan dipublikasikan dalam JAMA Network Open.

Penelitian ini menyoroti bagaimana 7% pasien kanker Medicare menyeberangi batas negara untuk perawatan, terutama pasien dari daerah pedesaan yang angkanya jauh lebih tinggi. Telehealth berpotensi meningkatkan akses perawatan, meski kebijakan lisensi medis saat ini menjadi penghalang. Penelitian ini mengusulkan perluasan kebijakan agar lebih banyak pasien dapat menerima layanan kesehatan tanpa batasan yang membatasi mereka.

Sumber Asli: www.news-medical.net

About Malik Johnson

Malik Johnson is a distinguished reporter with a flair for crafting compelling narratives in both print and digital media. With a background in sociology, he has spent over a decade covering issues of social justice and community activism. His work has not only informed but has also inspired grassroots movements across the country. Malik's engaging storytelling style resonates with audiences, making him a sought-after speaker at journalism conferences.

View all posts by Malik Johnson →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *