Stanford Medicine mengembangkan tes darah baru yang menganalisis RNA bebas untuk mendeteksi kanker dan kerusakan jaringan non-kanker. Tes ini berhasil meningkatkan akurasi deteksi kanker melalui analisis mRNA, dengan potensi untuk memantau resistensi pengobatan dan meningkatkan hasil pasien. Metode ini juga memiliki aplikasi dalam kondisi non-kanker.
Peneliti dari Stanford Medicine telah mengembangkan tes darah baru yang dapat mendeteksi kanker, resistensi terhadap perawatan, serta kerusakan jaringan akibat kondisi non-kanker. Tes ini menganalisis molekul RNA bebas dalam aliran darah yang berasal dari kematian sel alami di seluruh tubuh, termasuk tumor kanker. Dengan lebih dari enam tahun penelitian, mereka menemukan metode baru untuk menargetkan RNA pesan pada darah untuk mengidentifikasi kanker pada berbagai tahap serta memonitor kerusakan jaringan sehat.
Tes ini fokus pada mRNA yang lebih dari 95% dari RNA bebas di darah adalah RNA ribosom. Dengan membatasi analisis pada sekitar 5.000 gen dengan ekspresi langka yang tidak biasa ditemukan pada orang sehat, tes ini mampu mengidentifikasi kanker lebih dari 50 kali lebih baik. Misalnya, tes ini menemukan RNA kanker paru-paru di 73% pasien kanker paru-paru, termasuk pada tahap awal.
Kemampuan untuk mendeteksi mRNA bebas memungkinkan pemantauan kondisi yang tidak melibatkan mutasi genetik, seperti beberapa penyebab resistensi terhadap pengobatan kanker, yang sering kali tidak terdeteksi oleh tes berbasis DNA. Metode baru ini juga berpotensi menghindari biopsi bedah dan mengidentifikasi resistensi lebih cepat, sehingga pengobatan dapat diubah lebih awal dan meningkatkan hasil.
Tim peneliti mengatasi pengaruh trombosit, sel dalam darah yang dapat memengaruhi hasil tes. Dengan menerapkan strategi molekuler dan komputasional, mereka mengurangi kontribusi trombosit dan tetap bisa menggunakan sampel yang disimpan. Ini memungkinkan untuk menemukan biomarker dari sampel darah yang sudah ada dan membantu menentukan siapa yang merespon pengobatan berdasarkan tanda molekuler yang ditemukan.
Metode RNA bebas ini juga bisa memberikan informasi berharga tentang kondisi non-kanker. Misalnya, tes ini mendeteksi RNA paru normal pada pasien intubasi dengan sindrom distres pernapasan akut, mencerminkan seberapa parah mereka sakit. Tim peneliti menemukan RNA paru normal pada perokok sehat, menunjukkan kemungkinan kerusakan mikroskopis akibat merokok.
Tes darah berbasis RNA baru ini menawarkan kemampuan signifikan dalam mendeteksi kanker dan kerusakan jaringan. Dengan fokus pada RNA pesan dan mengatasi tantangan dari trombosit, metode ini dapat memberikan pemantauan yang lebih baik dan mendeteksi resistensi pengobatan lebih awal, serta aplikasi untuk kondisi non-kanker. Penelitian ini menunjukkan potensi besar dalam meningkatkan pengobatan yang dipersonalisasi dan diagnosis dini.
Sumber Asli: www.news-medical.net