Tingkat Kanker Kolorektal Meningkat pada Dewasa Muda Terkait Racun Bakteri

Studi menunjukkan hubungan antara racun E. coli colibactin dan peningkatan kanker kolorektal pada orang di bawah 50 tahun. Mutasi genetik lebih sering terjadi pada tumor pasien muda. Risiko meningkat setelah paparan racun di usia dinidan faktor gaya hidup turut berkontribusi.

Penelitian terbaru menunjukkan paparan terhadap racun yang dihasilkan oleh beberapa strain bakteri E. coli dapat berkontribusi terhadap meningkatnya kasus kanker kolorektal di kalangan orang di bawah 50 tahun. Penelitian ini, yang dipublikasikan di Nature, menganalisis DNA dari hampir 1.000 tumor kolorektal dari pasien di 11 negara, termasuk Amerika Utara, Selatan, Asia, dan Eropa.

Tim peneliti internasional dari Universitas California, San Diego, menemukan mutasi genetik akibat colibactin, racun yang disekresikan oleh beberapa strain E. coli berbahaya, lebih tiga kali lipat umum pada tumor pasien di bawah 40 tahun dibandingkan dengan yang berusia di atas 70 tahun.

Mutasi ini lebih sering muncul di negara-negara dengan tingkat kanker kolorektal awal yang lebih tinggi. Peneliti menilai pola mutasi ini mungkin berkembang ketika anak-anak terpapar colibactin sebelum usia 10 tahun, yang dapat meningkatkan risiko kanker usus sebelum usia 50 tahun.

Rekor kesehatan global menunjukkan bahwa tingkat kanker kolorektal meningkat di kalangan orang dewasa muda di setidaknya 27 negara, dengan insiden yang hampir dua kali lipat setiap dekade dalam 20 tahun terakhir. Jika tren ini berlanjut, kanker kolorektal bisa menjadi penyebab utama kematian karena kanker di kelompok usia tersebut pada tahun 2030.

Profesor Ludmil Alexandrov dari Universitas California, San Diego, menyarankan bahwa infeksi di masa awal hidup dapat meningkatkan risiko kanker kolorektal di kemudian hari. Di AS dan Inggris, sekitar 30-40% anak memiliki E. coli penghasil colibactin dalam usus mereka.

Teori lain menyebutkan bahwa strain E. coli berbahaya ini mendapatkan keuntungan dalam usus dengan memproduksi colibactin, yang sekaligus merusak DNA manusia dan membantu bakteri tersebut bersaing dengan mikroba tetangga.

Meski penelitian ini tidak membuktikan secara konklusif bahwa colibactin menyebabkan kanker kolorektal awal, masih ada pertanyaan tentang bagaimana strain ini muncul, bagaimana anak-anak terpapar, dan apakah intervensi seperti probiotik dapat menggantikan mikroba bermasalah ini.

Cancer Research UK menyatakan bahwa lebih dari setengah kanker usus besar dapat dicegah dengan manajemen faktor risiko seperti kurangnya asupan serat (25%), konsumsi daging olahan (13%), obesitas (11%), penggunaan alkohol (6%), dan kurangnya aktivitas fisik (5%).

Dr. David Scott, direktur Cancer Grand Challenges di Cancer Research UK, mengakui pentingnya penelitian ini, tapi penjelasan yang lebih mendalam mengenai hubungan antara colibactin dan risiko kanker kolorektal awal masih diperlukan. Tim peneliti lain juga menyelidiki mikrobioma dan faktor lingkungan untuk memahami meningkatnya kasus kanker ini lebih baik.

Peningkatan kanker kolorektal di kalangan orang dewasa muda dihubungkan dengan paparan racun colibactin dari E. coli. Penelitian menunjukkan mutasi genetik yang disebabkan oleh racun ini lebih umum pada kelompok usia muda. Dengan tingginya angka kanker yang dapat dicegah, pendekatan pencegahan perlu ditingkatkan agar risiko kanker ini dapat diminimalkan.

Sumber Asli: www.foodpoisoningnews.com

About Aisha Tariq

Aisha Tariq is an accomplished journalist with expertise spanning political reporting and feature writing. Her travels across turbulent regions have equipped her with a nuanced perspective on global affairs. Over the past 12 years, Aisha has contributed to various renowned publications, bringing to light the voices of those often marginalized in traditional media. Her eloquent prose and insightful commentaries have garnered her both reader trust and critical acclaim.

View all posts by Aisha Tariq →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *