Artikel ini membahas bagaimana vaksin, alat skrining baru, dan kecerdasan buatan (AI) dapat mengubah pengobatan kanker. Fokus utama adalah inovasi dalam deteksi dini, program skrining yang sedang berjalan, dan pendekatan lebih personal untuk penyaringan. Dukungan penelitian di Inggris dan Australia menunjukkan kemungkinan hasil yang lebih baik dalam pengobatan kanker.
Serangkaian laporan oleh Sarah Catherall berfokus pada masa depan deteksi dan pengobatan kanker. Terutama, peran vaksin, alat skrining baru, dan kecerdasan buatan (AI) dalam meningkatkan pengobatan kanker. Catherall melaporkan bahwa dewan sains kanker merupakan salah satu penyandang dana terbesar penelitian kanker di dunia, dengan anggaran tahunan mencapai $800 juta. Beberapa proyek, seperti pengembangan vaksin HPV, telah didukung selama bertahun-tahun.
Elliott, yang merupakan pembicara utama di konferensi Kanker di Selandia Baru, mengungkapkan harapannya tentang tes darah tunggal yang bisa mendeteksi kanker di tubuh seseorang dan mungkin mengetahui organ mana yang terlibat. Di Inggris, uji coba NHS-Galleri sedang dilaksanakan dengan lebih dari 140.000 orang mendaftar, dan hasilnya diharapkan keluar tahun depan. “Ini adalah percobaan yang besar dan menggembirakan,” kata Elliott mengenai potensi manfaat tes skrining baru ini.
Salah satu hal menarik adalah upaya untuk menggunakan tes darah sebagai pengganti biopsi yang mahal serta invasif. Pendekatan ini akan membantu pasien dan dokter untuk mengidentifikasi tanda-tanda kanker lebih baik, membuat diagnosis sebelumnya lebih mungkin. Meskipun beberapa uji coba kanker bisa berlangsung lama, pengembangan tes deteksi dini menggunakan biomarker dapat dilakukan lebih cepat dan efisien.
Di Inggris, program skrining kanker paru-paru untuk perokok dan orang berisiko antara usia 55 sampai 74 tahun telah diimplementasikan. Lebih dari 1,9 juta orang telah diundang untuk pemeriksaan paru-paru, dengan lebih dari 5000 kanker paru-paru terdeteksi. Sekitar 75% kasus tersebut terdiagnosis pada tahap awal, meningkatkan peluang bertahan hidup secara signifikan. Australia pun mulai memperkenalkan skrining serupa menggunakan CT scan dosis rendah.
Elliott menyatakan bahwa kebutuhan akan skrining yang lebih personal dan terfokus akan meningkat seiring waktu. Selain itu, imunoterapi dan vaksin kanker menjadi dua fokus penelitian terbaru. Dua proyek internasional besar juga telah didanai untuk mencari vaksin kanker ovarium dan kanker paru-paru.
AI menjadi alat yang sangat bermanfaat dalam mempercepat proses deteksi dan pengobatan kanker. CD3, kelompok yang didanai oleh Cancer Research UK, berkolaborasi dengan pemerintah Inggris untuk menciptakan profil risiko individual berdasarkan rekam medis dan data kanker pasien. Dengan harapan vaksin HPV yang lebih cepat tersedia, Elliott menyatakan: “Tujuan kami adalah mempercepat semuanya untuk hasil yang lebih baik.”
Di konferensi tersebut, Profesor Nasir Rajpoot memperkenalkan alat diagnostik kolorektal berbasis AI. Alat ini memproses biopsi kolorektal, yang jika tidak menunjukkan tanda-tanda mencurigakan, tidak perlu dinilai oleh patologi, sehingga menghemat waktu dan biaya. Rajpoot merencanakan untuk meluncurkan alat ini melalui NHS pada tahun 2027, dengan harapan bisa diuji di negara lain juga.
Saat jumlah diagnosis kanker pada individu di bawah 50 tahun meningkat, para peneliti mulai fokus pada penyebab lingkungan dan diet yang mungkin, termasuk potensi hubungan antara mikroplastik dan kanker usus. Disengagement dari sistem kesehatan juga dikatakan dapat menghalangi deteksi kanker yang lebih awal, suatu tantangan dalam usaha meningkatkan angka kelangsungan hidup.
Dewan sains kanker berinvestasi besar-besaran dalam penelitian dan pengembangan alat seperti vaksin dan skrining baru. Dengan semakin banyaknya penelitian yang fokus pada deteksi dini serta penggunaan AI, masa depan pengobatan kanker tampak lebih cerah. Inisiatif di Inggris dan Australia menunjukkan bahwa skrining kanker yang lebih awal menambah peluang bertahan hidup. Inovasi ini diperlukan untuk menghadapi lonjakan diagnosis kanker, khususnya di kalangan orang lebih muda dalam populasi.
Sumber Asli: www.nzherald.co.nz