Analisis DNA Tumor yang Beredar: Harapan Baru untuk Anak Penderita Kanker

Ida Rahmqvist berfokus pada analisis DNA tumor yang beredar untuk meningkatkan prognosis anak kanker. Metode ini berpotensi membantu deteksi dini dan perawatan personal untuk neuroblastoma dan rhabdomyosarcoma. Di Swedia, sekitar 350 anak didiagnosis kanker setiap tahun. Sekitar 85% dari mereka bertahan hidup, tetapi perawatan bisa berisiko.

Ida Rahmqvist sedang mengerjakan riset luar biasa yang bertujuan untuk meningkatkan prognosis bagi anak-anak penderita kanker. Metode yang dia gunakan, analisis DNA tumor yang beredar, berpotensi tidak hanya membantu deteksi dini kekambuhan, tapi juga memungkinkan perawatan yang lebih personal untuk anak dengan neuroblastoma dan rhabdomyosarcoma. Ini adalah fokus dari disertasi doktoralnya.

Setiap tahunnya, sekitar 350 anak di Swedia didiagnosis dengan kanker. Subkategori yang paling umum adalah kanker darah, kanker sistem limfatik, dan tumor otak. Penyebab kanker pada anak-anak masih banyak yang tidak diketahui. Meskipun beberapa sindrom genetik bawaan dapat meningkatkan risiko, banyak kasus dianggap akibat perubahan genetik spontan.

Berkat perkembangan dalam pengobatan kanker, sekitar 85 persen anak yang didiagnosis kini dapat bertahan hidup. Sayangnya, perawatan biasanya sangat intensif dan bisa menyebabkan efek samping dalam tubuh yang sedang berkembang.

Menurut Ida, “Penting untuk menghindari pengobatan yang berlebihan atau kurang. Kita butuh alat yang lebih baik untuk mengevaluasi respons anak terhadap terapi dan memantau kekambuhan kanker.” Dia adalah seorang biologi molekuler yang fokus di penelitiannya di Sahlgrenska Academy.

Kanker yang agresif atau metastatik biasanya memiliki prognosis yang buruk. Deteksi lebih awal atas kekambuhan bisa memberikan kesempatan bagi dokter untuk melakukan intervensi lebih cepat—yang bisa berpengaruh positif pada hasil perawatan.

Analisis ctDNA, atau DNA tumor yang beredar, bisa memberikan pandangan mengenai perkembangan penyakit. Fragmen kecil DNA dari sel tumor dapat ditemukan di dalam darah. “Dengan menggunakan biopsi cair—contoh dari cairan seperti darah, urine—kita bisa mengukur kadar ctDNA,” jelas Ida.

Dalam studi ini, mereka menganalisis ctDNA pada sampel darah anak saat diagnosis, selama pengobatan, dan setelahnya. Peneliti pertama-tama melakukan pengurutan DNA tumor setiap anak, untuk menciptakan daftar sepuluh mutasi spesifik yang unik untuk kanker mereka. Metode ini membantu mereka memantau kadar ctDNA seiring waktu, memberikan informasi berharga tentang perkembangan penyakit.

Tujuan dari proyek doktoralnya adalah memantau progresi penyakit pada anak-anak dengan neuroblastoma dan rhabdomyosarcoma. “Kita dapat menunjukkan bahwa kadar ctDNA berkorelasi dengan beban tumor pada anak-anak yang didiagnosis dengan kanker ini. Kebanyakan kasus, kita dapat mendeteksi kekambuhan jauh sebelum metode klinis standar bisa mengkonfirmasinya.”

Teknik ini menunjukkan spesifikasi yang tinggi dan bisa melengkapi alat yang sudah ada untuk pemantauan penyakit. Jika diintegrasikan dalam praktik klinis, metode ini bisa membantu dokter menyesuaikan perawatan dengan lebih efektif.

“Menjadi bagian dari pengembangan metode ini sangat berarti. Bahkan dengan kontribusi kecil, bisa membantu memberikan perawatan yang lebih tepat bagi anak-anak, dan meningkatkan peluang kesembuhan—itu sangat memuaskan,”ujar Ida, tentang proyek doktoralnya ini.

Analisis DNA tumor yang beredar dapat meningkatkan deteksi dan pengobatan kanker pada anak, terutama untuk neuroblastoma dan rhabdomyosarcoma. Riset Ida Rahmqvist menunjukkan bahwa pemantauan ctDNA memberi harapan untuk perawatan yang lebih tepat dan hasil yang lebih baik. Melalui teknik ini, diharapkan masa depan anak-anak dengan kanker bisa lebih cerah dan bertahan hidup lebih lama.

Sumber Asli: www.gu.se

About Aisha Tariq

Aisha Tariq is an accomplished journalist with expertise spanning political reporting and feature writing. Her travels across turbulent regions have equipped her with a nuanced perspective on global affairs. Over the past 12 years, Aisha has contributed to various renowned publications, bringing to light the voices of those often marginalized in traditional media. Her eloquent prose and insightful commentaries have garnered her both reader trust and critical acclaim.

View all posts by Aisha Tariq →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *