Studi menunjukkan bahwa pasien MBC dengan lemak tubuh lebih besar cenderung mengalami pengurangan dosis dan toksisitas saat diobati dengan T-DXd. Faktor seperti area lemak, kepadatan lemak, dan BMI memengaruhi respons pengobatan dan efek samping, membawa pada pentingnya penilaian komposisi tubuh dalam pengobatan.
Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa pasien dengan kanker payudara metastatik (MBC) memiliki risiko lebih tinggi untuk pengurangan dosis dan toksisitas terkait pengobatan ketika mendapat trastuzumab deruxtecan (T-DXd), jika mereka memiliki area lemak tubuh yang lebih besar, kepadatan lemak yang lebih rendah, dan indeks massa tubuh (BMI) yang lebih tinggi. Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal npj Breast Cancer dan menjadi yang pertama dalam mengevaluasi pengaruh komposisi tubuh terhadap hasil klinis pada wanita yang menjalani pengobatan ini.
Dosis T-DXd dihitung berdasarkan berat badan pasien. Peneliti menjelaskan, “Pasien yang beratnya dua kali lipat akan menerima dosis dua kali lipat. Area lemak yang tinggi dan kepadatan lemak yang rendah dapat memengaruhi efektivitas dan toksisitas pengobatan onkologis.” Selama studi, 48 wanita yang terdiagnosis HER2 positif atau rendah diobati dengan T-DXd di Tel Aviv Medical Center, Israel, antara Januari 2020 hingga Maret 2024.
Dengan usia rata-rata 62 tahun, pasien menunjukkan berat rata-rata 65,3 kg dan BMI rata-rata 29,4 ± 7,5 kg/m². Lebih dari setengah populasi (62%) dianggap kelebihan berat badan atau obesitas, dan sekitar tiga perempat diidentifikasi sebagai sarcopenic. Penelitian ini menggunakan computed tomography untuk menilai otot skeletal, jaringan adiposa viseral (VAT), dan jaringan adiposa subkutan (SAT) dalam waktu 60 hari sebelum pengobatan dimulai.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio respon objektif lebih rendah pada pasien dengan area SAT yang lebih tinggi. Selain itu, area SAT dan VAT yang tinggi mengindikasikan kemungkinan pengurangan dosis yang lebih signifikan dibandingkan dengan area SAT dan VAT yang lebih rendah. Pengurangan dosis juga lebih mungkin terjadi pada pasien dengan kepadatan SAT sedang dibandingkan dengan kepadatan tinggi. Tingkat kepadatan VAT yang rendah hingga sedang juga berkontribusi pada peningkatan kemungkinan pengurangan dosis. Pasien dengan BMI 25 kg/m² ke atas memiliki risiko yang lebih tinggi untuk pengurangan dosis.
Dari total, setengah dari populasi yang diteliti mengalami pengurangan dosis atau penundaan dosis (n=24), di mana 16 pasien mengalami penyesuaian pengobatan sekali akibat toksisitas dan delapan pasien lainnya mengalami intervensi kedua. Sekitar 20% pasien terpaksa dirawat inap karena toksisitas terkait pengobatan. Toksisitas umum yang terjadi adalah anemia grade 2 ke atas, diikuti oleh neutropenia dan mual. Tiga pasien mengalami neutropenia grade 4 yang menjadikan mereka harus dirawat di rumah sakit. Pengobatan T-DXd dihentikan pada tujuh pasien akibat toksisitas.
Peneliti juga menemukan bahwa pasien dengan area VAT yang lebih tinggi berisiko lebih besar mengalami diare gastrointestinal yang parah. Temuan ini diharapkan akan memberikan hasil yang lebih baik dengan pendekatan pengobatan yang lebih dipersonalisasi.
“Dengan menghadirkan penilaian komposisi tubuh ke dalam praktik klinis, penyedia layanan kesehatan dapat lebih baik menyesuaikan rencana pengobatan untuk pasien individu, yang berpotensi meningkatkan efektivitas pengobatan dan mengurangi efek samping,” kata para peneliti.
Penelitian ini menunjukkan pentingnya memahami komposisi tubuh dalam pengobatan kanker payudara metastatik. Pasien dengan BMI tinggi dan area lemak tubuh yang besar menunjukkan risiko lebih tinggi untuk pengurangan dosis dan toksisitas terkait pengobatan. Temuan ini dapat membantu profesional kesehatan dalam menyusun rencana pengobatan yang lebih sesuai dengan kebutuhan pasien.
Sumber Asli: www.docwirenews.com