Deteksi dan pengobatan kanker prostat metastatik pada pria di atas 70 tahun tidak direkomendasikan untuk skrining rutin dengan PSA. Skrining mungkin terjadi setelah gejala muncul. Biopsi dan tes lanjutan digunakan untuk diagnosis. Dengan kemajuan dalam terapi kombinasi dan terapi target, prognosis kanker prostat metastatik semakin baik.
Deteksi dan pengobatan kanker prostat yang menyebar pada pria berusia di atas 70 tahun menjadi topik penting, terutama bagaimana pendekatan pengobatannya bisa berbeda. Menurut pedoman dari US Preventive Services Task Force (USPSTF), mereka tidak merekomendasikan skrining kanker prostat untuk pria di atas usia 70. Hal ini karena kanker prostat umumnya tumbuh lambat dan pria pada usia ini lebih mungkin meninggal akibat penyebab lain, bukan karena kanker itu sendiri.
Namun, mungkin pria tersebut didiagnosis setelah gejala seperti kesulitan berkemih atau kelelahan muncul. Dr. Marc B. Garnick, seorang pakar di bidang ini, menjelaskan bahwa banyak laki-laki memiliki kanker prostat metastatik yang terdeteksi setelah melakukan PSA test. “Skrining PSA mungkin perlu diperlihatkan kembali, karena pedoman terakhir diperbarui pada 2018,” ujarnya.
Setelah hasil positif dari skrining PSA, biasanya dilakukan biopsi jarum untuk memastikan diagnosis. Digital rectal exam (DRE) juga direkomendasikan untuk mengecek keberadaan ketidaknormalan di kelenjar prostat. Dalam beberapa kasus, dokter mulai menggunakan pemindai MRI untuk memperoleh informasi lebih akurat secara visual.
Memahami agresivitas kanker juga penting. Tumor dengan sel yang tidak normal atau bervariasi dalam ukuran bisa menunjukkan pertumbuhan yang agresif. Gleason score membantu dokter melakukan analisis ini, meski sistem penilaian telah mengalami perubahan. Sekarang menggunakan Grade Group 1 hingga 5 untuk menggolongkan tingkat risiko kanker prostat.
Untuk mendeteksi metastasis, pemindaian tomografi terkomputerisasi (CT) dan pemindaian tulang biasanya digunakan, meskipun kini tes PSMA dianggap lebih efektif. “PSMA scan bisa mendeteksi tumor yang lebih kecil,” jelas Garnick. Jika terdeteksi, tumor tersebut bisa diklasifikasikan berdasarkan volumenya — baik itu oligometastatik atau lebih.
Dalam hal pilihan pengobatan, terapi kombinasi umumnya digunakan untuk kanker prostat yang sudah metastatik. Kombinasi dua obat yang mengurangi produksi testosteron, sering kali dapat menunda perkembangan kanker. Jika ini tidak berhasil, dokter mungkin menambahkan kemoterapi, meningkatkan terapi ke triplet.
Adapun pengobatan alternatif seperti terapi radioligand untuk pasien dengan kanker positif PSMA dan terapi dengan fokus radiasi bagi pasien oligometastatik juga mulai diperkenalkan.
Untuk pria dengan hasil tes genetik positif, ini memperluas kemungkinan terapi yang lebih ditargetkan, seperti penggunaan PARP inhibitor. Kesimpulannya, prognosis untuk kanker prostat metastatik semakin membaik, dengan semakin banyak pria hidup lebih lama dengan penyakit ini. Bahkan, penelitian terkini menunjukkan bahwa pengobatan langsung pada prostat mulai dilakukan meskipun kanker telah menyebar.
Seiring dengan itu, pemeriksaan jantung sebelum memulai terapi hormonal juga menjadi rekomendasi, mengingat risiko yang mungkin ditimbulkan bisa memperburuk faktor risiko kardiovaskular bagi pasien.
“Dalam pengobatan, kita melihat banyak kemajuan yang tidak pernah dipastikan sebelumnya,” ujar Garnick. Ke depan, kita menanti pembaruan pedoman skrining dan pengobatan yang sesuai untuk kelompok usia ini.
Kanker prostat metastatik pada pria di atas 70 tahun tetap menjadi tantangan, namun kemajuan dalam deteksi dan pengobatan memberikan harapan baru. Pedoman skrining mungkin butuh pembaruan, dan pemahaman yang lebih dalam tentang agresivitas kanker serta pilihan terapi yang lebih baik sangat penting untuk peningkatan hasil kesehatan.
Sumber Asli: www.health.harvard.edu