Venu Raman dan timnya di Johns Hopkins berhasil mengembangkan obat kanker RK-33 yang menarget DDX3, gen yang berperan dalam tumor. RK-33 menunjukkan potensi dalam memicu kematian sel kanker dan meningkatkan efektivitas pengobatan kanker paru-paru saat dikombinasikan dengan radiasi. Tim juga menerima dukungan hibah untuk penelitian mengenai glioblastoma dan sedang bersiap untuk uji coba manusia pada tahun 2025.
Venu Raman memulai kariernya di bidang biologi perkembangan, dengan obat-obatan yang berfokus pada buah lalat dan landak laut. Menariknya, pekerjaan ini memicu pengembangan salah satu pengobatan kanker yang paling menjanjikan dalam beberapa dekade terakhir.
Sementara bekerja sebagai postdoktoral di bidang biologi perkembangan, Raman mempertimbangkan hubungan antara biologi perkembangan dan pembentukan kanker, khususnya kanker payudara. Dia mencatat bahwa payudara melalui beberapa fase perkembangan, dari sebelum kelahiran hingga saat pubertas dan masa melahirkan. Rasa ingin tahunya membawanya ke Johns Hopkins, di mana ia menjadi profesor dan peneliti kanker lebih dari 20 tahun, sekaligus memimpin lab yang menggabungkan biologi perkembangan dengan pencitraan molekuler untuk mempelajari pembentukan dan perkembangan tumor.
Awalnya, tim Raman mempelajari pengaruh asap rokok terhadap kanker payudara. Namun, mereka menemukan gen DDX3, gen RNA helicase yang terlibat dalam berbagai proses biologis. Meskipun perannya dalam replikasi virus diketahui, perannya dalam biogenesis kanker belum banyak diteliti.
Setelah melakukan studi mendalam tentang fungsi gen tersebut, Raman dan timnya menyadari bahwa DDX3 juga terlibat dalam pembentukan tumor. Mereka menemukan bahwa penekanan fungsi gen ini dapat memperlambat atau menghentikan pertumbuhan tumor, serta mengurangi beban metastasis. Setelah berhasil mengulangi temuan tersebut, mereka mulai mengembangkan obat baru yang menargetkan DDX3 secara spesifik.
Setelah menghadapi berbagai rintangan, tim akhirnya berhasil mengembangkan obat yang dinamakan RK-33. Obat ini ditargetkan pada DDX3 dengan cara masuk ke salah satu kantong protein gen tersebut, sehingga menghalangi aktivitasnya. Ketika RK-33 menghentikan aktivitas DDX3 di sel kanker, hal tersebut menyebabkan ketidakstabilan dan kematian sel kanker, tanpa berdampak pada sel normal di sekitarnya.
Menyusul hasil positif ini, tim merambah ke studi kanker paru-paru akibat merokok. Obat radiasi adalah pengobatan utama saat ini. Namun, mereka penasaran: bagaimana jika mereka mengombinasikan radiasi dengan RK-33? Hasilnya, dosis kecil dari obat itu meningkatkan efektivitas radiasi sambil meminimalkan efek sampingnya. Ini menjanjikan pengobatan yang lebih efektif untuk pasien.
Laboratorium Raman terus berupaya mengobati jenis kanker yang paling agresif, termasuk kanker otak. Baru-baru ini, Raman menerima hibah dari Ben dan Catherine Ivy Foundation untuk mendukung penelitian pengobatan glioblastoma. Timnya sangat mengandalkan dukungan donor untuk melanjutkan penelitiannya yang inovatif dengan RK-33.
Menariknya, RK-33 juga menunjukkan efektivitas sebagai agen antivirus, dengan kemungkinan untuk mengobati COVID-19 dan penyakit lainnya. Saat ini, mereka telah menyelesaikan uji coba hewan dan sedang menunggu persetujuan untuk memulai uji klinis manusia. Raman menyatakan bahwa lab sedang menyiapkan Aplikasi Obat Baru Investigasi untuk FDA dan berharap dapat memulai uji coba manusia pada tahun 2025.
Venu Raman dan timnya telah membuat kemajuan signifikan dalam penelitian kanker, mengembangkan obat inovatif RK-33 yang memberikan harapan baru dalam pengobatan kanker. Penemuan DDX3 memberikan wawasan baru tentang pembentukan tumor, dan kolaborasi dengan supporter sangat penting untuk melanjutkan penelitian ini. Dengan potensi RK-33 untuk mengobati berbagai penyakit termasuk kanker dan COVID-19, masa depan penelitian ini sangat menjanjikan.
Sumber Asli: www.hopkinsmedicine.org