Integrasi Pesan EMR Meningkatkan Rujukan Konservasi Kesuburan Kanker Secara Signifikan

Grafik diagram menunjukkan peningkatan rujukan program preservasi kesuburan dengan grafik warna cerah.

Studi di ASCO 2025 menunjukkan bahwa integrasi best practice advisory di Fox Chase Cancer Center meningkatkan rujukan program konservasi kesuburan bagi pasien muda dengan kanker hingga 450% dalam enam bulan. Ini membuka peluang bagi peningkatan kesadaran dan opsi konservasi bagi pasien. Penelitian ini mengungkapkan bahwa diskusi tentang kesuburan sering kali terabaikan dalam sistem kesehatan dan perlu perbaikan.

Sebuah studi yang baru saja dirilis di pertemuan tahunan ASCO 2025 menunjukkan bahwa integrasi “best practice advisory” dalam sistem catatan medis elektronik telah meningkatkan rujukan program konservasi kesuburan bagi pasien kanker muda di Fox Chase Cancer Center hingga 450% dalam enam bulan. Hal ini berarti ada langkah maju yang signifikan dalam kewaspadaan terhadap masalah kesuburan di antara pasien kanker muda.

Pelaksanaan ini menjadi model bagi institusi lain untuk mendorong diskusi antara penyedia layanan kesehatan dan pasien mengenai risiko pengobatan kanker terhadap kesuburan. “Intervensi ini dapat membantu meningkatkan kesadaran pasien tentang opsi konservasi,” tulis penulis studi dalam abstrak mereka.

Kenaikan angka kasus kanker pada kelompok usia muda semakin mengkhawatirkan, dan pengobatan bisa berdampak besar terhadap rencana keluarga di masa depan. Namun, banyak dari mereka yang tidak mendapatkan informasi yang tepat tentang risiko kesuburan dan metode konservasi. Peneliti berupaya mencari cara untuk meningkatkan diskusi kritis ini.

“Sebagian besar pasien adalah orang muda yang menerima diagnosis yang mengubah hidup mereka,” ujar Dr. Christopher Cann, penulis utama studi dan Direktur Program Kanker Dewasa Muda. Menurutnya, konservasi kesuburan bukan hanya soal medis, tetapi juga kualitas hidup bagi pasien.

Riset ini melibatkan pengawasan terhadap sistem catatan medis elektronik Fox Chase yang mulai diterapkan pada Juli 2024. Ketika kemoterapi atau imunoterapi diresepkan untuk pasien di bawah usia 50, pemberitahuan dikeluarkan untuk menyarankan rujukan ke tim Oncofertility. Sebelum penerapan, rata-rata hanya 13 rujukan setiap tahun dari dua belas tahun terakhir, dan 33% mendapatkan tindakan konservasi kesuburan.

Setelah best practice advisory diterapkan, ada 333 kali pemberitahuan yang memicu rujukan dan 66 pasien dirujuk, menghasilkan peningkatan 450%. Dari jumlah itu, 14 pasien menerima tindakan konservasi kesuburan, di mana mayoritas adalah wanita berusia rata-rata 39 tahun. Kanker payudara adalah yang paling umum di kalangan pasien perempuan yang dirujuk.

Dr. Cann menekankan adanya tantangan dalam kunjungan awal pasien ketika banyak aspek harus dibahas. “Diskusi tentang kesuburan sering kali terabaikan. Pemberitahuan ini menyematkan pengingat dalam alur kerja klinis dan memudahkan rujukan,” katanya.

Namun, ada beberapa pasien yang tidak dirujuk karena berbagai alasan, termasuk sedang dalam pengobatan aktif, menolak, atau karena dinilai tidak layak secara medis.

“Ini adalah intervensi yang dapat diskalakan untuk memastikan setiap pasien usia reproduktif memahami opsi mereka dan memiliki kesempatan untuk mempertahankan kesuburan sebelum memulai pengobatan,” tutup Dr. Cann.

Untuk dengan lebih lanjut, informasi lebih lanjut dapat ditemukan di co/asco.org.

Studi ini menunjukkan dampak positif dari integrasi sistem catatan medis elektronik dalam meningkatkan rujukan untuk konservasi kesuburan pada pasien muda dengan kanker. Dengan menggunakan “best practice advisory”, Fox Chase Cancer Center berhasil meningkatkan rilevansi dalam diskusi kesuburan untuk pasien kanker, yang sebelumnya kurang diperhatikan. Penelitian ini juga menyoroti pentingnya kesadaran di kalangan penyedia dan pasien dalam mengatasi dampak pengobatan terhadap kesuburan. Ketersediaan opsi konservasi menjadi hal penting bagi pasien muda.

Sumber Asli: ascopost.com

About Malik Johnson

Malik Johnson is a distinguished reporter with a flair for crafting compelling narratives in both print and digital media. With a background in sociology, he has spent over a decade covering issues of social justice and community activism. His work has not only informed but has also inspired grassroots movements across the country. Malik's engaging storytelling style resonates with audiences, making him a sought-after speaker at journalism conferences.

View all posts by Malik Johnson →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *