Kekuatan Dosis Tunggal: Bukti untuk Jadwal Vaksin HPV Satu Dosis

Vaksin HPV dengan dosis tunggal sebagai alat pencegah kanker, fokus pada kesehatan perempuan di negara berkembang.

WHO mengubah rekomendasi vaksin HPV dari dua dosis menjadi satu untuk meningkatkan cakupan vaksinasi. Penelitian menunjukkan satu dosis efektif dalam mencegah infeksi yang menyebabkan kanker. Langkah ini tidak hanya mengurangi biaya vaksinasi, tetapi juga berpotensi memperbaiki kesetaraan kesehatan di negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Vaksin HPV dianggap sebagai alat penting dalam pencegahan kanker. Sejak 2006, vaksin ini telah tersedia untuk melindungi dari infeksi human papillomavirus (HPV), penyebab utama kanker serviks yang paling umum terjadi di wanita. Menurut data, infeksi HPV ini juga mengakibatkan beberapa jenis kanker lainnya baik pada pria maupun wanita. Meskipun sistem kekebalan biasanya dapat mengatasi infeksi ini, infeksi HPV yang bertahan dapat menyebabkan berbagai kanker, terutama pada perempuan dengan HIV yang berisiko enam kali lebih tinggi mengalami kanker serviks. Ketimpangan geografi dalam beban kanker serviks juga sangat mencolok. Pada tahun 2020, lebih dari 600.000 wanita didiagnosis dengan kanker serviks, dan sebagian besar kasus baru terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, terutama di sub-Sahara Afrika, Amerika Tengah, dan Asia Tenggara. WHO berkomitmen untuk mempercepat eliminasi kanker serviks sebagai masalah kesehatan global dengan menargetkan vaksinasi 90% gadis terhadap HPV sebelum usia 15 tahun pada tahun 2030.

Untuk mencapai semua itu, WHO baru-baru ini mengubah rekomendasi vaksinasi dari jadwal dua dosis menjadi satu dosis berdasarkan data terbaru dari uji coba. Rekomendasi ini menyarankan agar gadis berusia 9 hingga 20 tahun bisa dilindungi dengan satu dosis atau dua dosis vaksin, sementara mereka yang berusia di atas 21 tahun atau memiliki masalah kekebalan direkomendasikan untuk mendapatkan dosis ketiga. Jika kebijakan ini diimplementasikan, bisa membawa dampak signifikan dalam program vaksinasi HPV di negara-negara berpenghasilan rendah. Dengan hanya satu dosis, diharapkan kesenjangan dalam kanker terkait HPV bisa berkurang, melindungi semua gadis di seluruh dunia.

Berbagai studi telah mengevaluasi efektivitas regimen satu dosis vaksin HPV. Di Kenya, misalnya, percobaan acak menunjukkan bahwa satu dosis memiliki efikasi 97,5% dalam mencegah strain-strain HPV penyebab kanker di antara gadis berusia 15 hingga 20 tahun. Studi di Kosta Rika juga menemukan perlindungan serupa dari vaksin satu dosis dibandingkan dengan dua atau tiga dosis, bahkan hingga 11 tahun setelah vaksinasi. Selain itu, studi di India menunjukkan bahwa perlindungan dari vaksin dosis tunggal setara dengan dua atau tiga dosis setelah sepuluh tahun. Hal ini menunjukkan bahwa imunisasi satu dosis tidak hanya lebih hemat biaya tetapi juga tahan lama.

Model biaya di Tanzania menyebut satu dosis bisa mengurangi biaya vaksinasi hingga 51%, sehingga bisa memperluas anggaran imunisasi dan melindungi lebih banyak gadis dari kanker serviks. Dengan sistem penyimpanan dingin yang lebih sedikit diperlukan, negara dapat mengurangi kebutuhan akan peralatan yang mahal. Selain itu, vaksinasi ini dapat diberikan sekali setahun selama pekan kesehatan anak, mengurangi kerumitan pengantaran vaksin yang lebih sering.

Inisiatif-inisiatif ini memerlukan dukungan luas dalam menghadapi tantangan sistem kesehatan dan terbatasnya anggaran. Memudahkan vaksinasi dengan satu dosis bisa menjadi langkah besar dalam mencapai tujuan perlindungan yang lebih baik terhadap HPV dan, pada akhirnya, kanker serviks. Pengetahuan dan sumber daya lain tentang vaksin HPV dan jadwal dosisnya ada di banyak tempat, termasuk informasi dari WHO dan lembaga kesehatan lainnya.

Perubahan rekomendasi menjadi jadwal vaksinasi satu dosis diharapkan dapat mengurangi biaya dan meningkatkan jangkauan vaksinasi HPV, terutama di negara-negara dengan keterbatasan anggaran. Bukti dari penelitian menunjukkan bahwa satu dosis vaksin HPV efektif dan memberikan perlindungan yang cukup. Dengan ini, diharapkan potensi untuk menurunkan angka kanker serviks akan tercapai, melindungi lebih banyak gadis di seluruh dunia.

Sumber Asli: publichealth.jhu.edu

About Aisha Tariq

Aisha Tariq is an accomplished journalist with expertise spanning political reporting and feature writing. Her travels across turbulent regions have equipped her with a nuanced perspective on global affairs. Over the past 12 years, Aisha has contributed to various renowned publications, bringing to light the voices of those often marginalized in traditional media. Her eloquent prose and insightful commentaries have garnered her both reader trust and critical acclaim.

View all posts by Aisha Tariq →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *