Studi Baru Menemukan Lonjakan Besar pada Kanker Usus Buntu yang Langka

Grafik pertumbuhan kanker langka dengan tema penelitian, simbolik, palet warna minimalis biru dan hijau.

Studi dari Vanderbilt University menunjukkan lonjakan kasus kanker usus buntu pada orang berusia muda. Kasus meningkat empat kali lipat pada mereka yang lahir 1985-1990 dan tiga kali lipat untuk yang lahir 1980-1985. Para ahli khawatir tentang tren ini dan pentingnya kesadaran akan gejala kanker ini.

Sebuah studi terbaru dari Vanderbilt University Medical Center menunjukkan lonjakan signifikan pada kasus kanker usus buntu di AS. Angka ini meningkat empat kali lipat pada mereka yang lahir antara 1985 dan 1990, serta tiga kali lipat bagi yang lahir antara 1980 dan 1985. Meskipun kanker ini cukup langka, hanya menyerang satu atau dua dari satu juta orang per tahun, jumlah pasien yang terdiagnosis dari tahun 1975 hingga 2019 telah mencapai 4,858 orang berusia di atas 20 tahun.

Kekhawatiran meningkat di antara profesional medis mengenai tren ini, khususnya terkait dengan kanker pada populasi muda. “Fakta bahwa kami melihat efek generasional di berbagai jenis kanker memang memprihatinkan, karena ini menunjukkan perlunya pemahaman yang lebih dalam tentang alasan di balik pola ini agar kami dapat membalikkan tren yang ada,” ungkap Andreana N. Holowatyj, penulis studi dan asisten profesor hematologi dan onkologi.

Holowatyj juga menyoroti bahwa berbagai faktor lingkungan dan perilaku berkontribusi pada peningkatan diagnosis kanker usus buntu. Dia berharap, dengan dirilisnya studi ini, lebih banyak orang menyadari tanda dan gejala kanker ini serta fakta bahwa semakin banyak kasus yang terdiagnosis dari generasi ke generasi. Menurut National Cancer Institute, kanker usus buntu umumnya paling sering muncul pada usia 50 hingga 55 tahun, namun studi terbaru menunjukkan bahwa lebih banyak orang muda juga terpengaruh.

Gejala kanker usus buntu termasuk nyeri, perut kembung atau ukuran perut yang membesar, benjolan di perut, mual, muntah, dan cepat kenyang setelah makan. Untuk pengobatan, tindakan yang dapat dilakukan meliputi operasi atau kemoterapi. Diagnosis kanker ini biasanya dilakukan lewat pemindaian, biopsi, laparoskopi diagnostik, dan uji lab.

Studi ini menyoroti lonjakan kasus kanker usus buntu di kalangan generasi muda di AS, dengan diagnosis yang meningkat secara signifikan dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Hal ini memicu kekhawatiran di kalangan medis dan memperlihatkan perlunya penelitian lebih lanjut untuk memahami penyebabnya. Kesadaran akan tanda dan gejala kanker ini penting agar orang-orang dapat meminta perawatan lebih awal.

Sumber Asli: www.yahoo.com

About Chloe Kim

Chloe Kim is an innovative journalist known for her work at the intersection of culture and politics. She has a vibrant career spanning over 8 years that includes stints in major newsrooms as well as independent media. Chloe's background in cultural studies informs her approach to reporting, as she amplifies stories that highlight diverse perspectives and experiences. Her distinctive voice and thought-provoking articles have earned her a loyal following.

View all posts by Chloe Kim →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *