Meningkatnya Kasus Kanker Usus Besar: Opsi Skrining yang Tersedia

Gambar alat endoskopi modern dengan latar belakang warna cerah untuk menggambarkan pemeriksaan kesehatan kolon.

Kanker usus besar semakin umum, dengan angka kematian tinggi. Skrining dini dan pilihan metode seperti kolonoskopi, sigmoidoskopi, dan tes tinja sangat penting untuk deteksi dan pencegahan. American Cancer Society merekomendasikan skrining dimulai pada usia 45. Pemahaman tentang riwayat kesehatan pribadi juga sangat penting.

Kanker usus besar menjadi salah satu penyebab utama kematian terkait kanker. Biasanya, kanker ini dimulai dari polip kecil di lapisan usus besar atau rektum. Meski tidak semua polip menjadi kanker, sebagian besar kanker usus besar berkembang dari polip. Karena itu, deteksi dini dan pengangkatan polip sangat penting.

Apa yang baiknya, kanker usus besar sangat bisa dicegah dan diobati. Skrining secara rutin sangat berperan dalam mengidentifikasi serta menghilangkan polip prangen dan kanker pada tahap awal. Menariknya, 9 dari 10 orang bisa selamat ketika kanker usus besar terdeteksi lebih awal.

Tanpa skrining, kanker yang tidak terdeteksi bisa berkembang ke tahap yang lebih lanjut, seperti Tahap III dan IV, yang biasanya berakibat buruk. Diperkirakan, kanker usus besar akan merenggut 53.000 nyawa pada tahun 2025. Untuk itu, penting bagi kita memahami opsi skrining yang ada agar bisa membuat pilihan yang tepat bersama dokter.

Kapan Harus Mulai Skrining Kanker Usus Besar

American Cancer Society merekomendasikan agar orang yang berisiko rata-rata mulai melakukan skrining kanker usus besar pada usia 45. Ini merupakan perubahan dari rekomendasi sebelumnya yang menetapkan usia 50. Perubahan ini terjadi mengingat meningkatnya angka kanker usus besar pada orang dewasa muda dan rendahnya kepatuhan skrining pada orang dewasa yang lebih tua.

Namun, jika Anda memiliki riwayat pribadi yang meningkatkan risiko kanker, seperti Sindrom Lynch atau Adenomatous Poliposis Familial, mungkin Anda perlu mulai lebih awal dari usia 45. Selain itu, riwayat keluarga kanker usus besar, khususnya pada kerabat derajat pertama yang didiagnosis sebelum usia 60, juga menjadi faktor yang mempengaruhi.

Sebagai contoh, jika saudara Anda didiagnosis kanker usus besar tahap 1 pada usia 40, sebaiknya Anda melakukan kolonoskopi pertama kali pada usia 30. Pastikan untuk memeriksa riwayat pribadi dan keluarga Anda saat berkonsultasi dengan dokter mengenai skrining awal.

Opsi Skrining untuk Kanker Usus Besar
1. Kolonoskopi: Prosedur ini menggunakan tabung fleksibel dengan kamera untuk memeriksa seluruh usus besar. Polip bisa diangkat saat itu juga. Dr. Austin Chiang, Gastroenterolog, menyebutkan bahwa ini adalah metode “gold standard” karena memungkinkan pemeriksaan menyeluruh.

2. Sigmoidoskopi Fleksibel: Prosedur ini hanya memeriksa bagian usus yang disebut kolon sigmoid. Meskipun lebih nyaman, metoda ini tidak menyeluruh, demikian kata Chiang.

3. CT Kolonografi: Pemindaian ini memberikan gambar 3D usus dan rektum untuk mengidentifikasi ketidaknormalan. Namun, jika ada ketidaknormalan, kolonoskopi tradisional tetap diperlukan untuk evaluasi lebih lanjut.

4. Endoskopi Kapsul: Kapsul yang dapat ditelan ini dilengkapi kamera yang mengambil ribuan gambar selama perjalanan makanan di saluran pencernaan. Prosedur ini tidak invasif, tetapi tidak dapat melakukan intervensi saat pemeriksaan.

5. Fecal Immunochemical Test (FIT): Ini adalah tes tinja yang mendeteksi darah tersembunyi yang mungkin mengindikasikan kanker. Tes ini dilakukan setiap tahun dan tidak memerlukan persiapan usus.

6. Tes Guaiac: Mirip dengan FIT tetapi dengan metode berbeda. Tes ini kurang akurat dan dianggap usang.

Melakukan skrining untuk kanker usus besar secara teratur adalah langkah penting dalam pengurangan insiden serta kematian akibat penyakit ini. Meskipun kolonoskopi adalah metode terstandar, pilihan yang tepat untuk Anda tergantung pada tingkat risiko, preferensi pribadi, dan akses ke tes. Jangan tunda untuk melakukan skrining dan diskusikan dengan penyedia layanan kesehatan Anda.

Sumber Asli: www.forbes.com

About Aisha Tariq

Aisha Tariq is an accomplished journalist with expertise spanning political reporting and feature writing. Her travels across turbulent regions have equipped her with a nuanced perspective on global affairs. Over the past 12 years, Aisha has contributed to various renowned publications, bringing to light the voices of those often marginalized in traditional media. Her eloquent prose and insightful commentaries have garnered her both reader trust and critical acclaim.

View all posts by Aisha Tariq →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *