Kombinasi fam-trastuzumab deruxtecan (T-DXd) dan pertuzumab menunjukkan hasil menjanjikan pada kanker payudara positif HER2. Studi fase 3 menunjukkan median kelangsungan hidup tanpa progresi lebih baik dibandingkan pengobatan standar. Masih ada pertanyaan tentang durasi terapi dan tolerabilitas, penting bagi pengobatan di masa depan.
Dalam pengobatan kanker payudara positif HER2, kombinasi antara fam-trastuzumab deruxtecan-nxki (T-DXd) dan pertuzumab (Perjeta) menunjukkan hasil yang menjanjikan, terutama pada pasien yang sebelumnya tidak diobati. Sarah Sammons, MD, yang terlibat dalam study ini, mengungkapkan antusiasme terhadap pertumbuhan peran konjugat antibodi (ADCs) dalam pengobatan ini. Dia mencatat bahwa uji klinis fase 3 DESTINY-Breast09 membagi pasien ke dalam tiga kelompok: T-DXd ditambah pertuzumab, T-DXd ditambah plasebo, dan standar perawatan biasa (SOC).
“Kita sangat bersemangat melihat data dari uji klinis DESTINY-Breast09, yang menunjukkan perbandingan antara terapi dengan T-DXd dan SOC,” ucap Sammons dalam wawancara dengan OncLive®. Dalam pertemuan tahunan ASCO 2025, hasil sementara dari trial menunjukkan pasien yang menerima T-DXd dengan pertuzumab mengalami peningkatan median kelangsungan hidup tanpa progresi (PFS) selama 40,7 bulan, yang jauh lebih baik dibandingkan dengan 26,9 bulan untuk SOC.
Menggali lebih dalam, Sammons mengungkapkan, “Data PFS2 juga penting, karena saat ini pasien sudah bisa mendapatkan T-DXd di lini kedua berdasarkan SOC. Kita perlu memahami berapa lama pasien bisa menggunakan T-DXd dan dampaknya pada kualitas hidup.”
Subgrup pasien yang mendapatkan manfaat paling besar dari pendekatan intensif ini adalah mereka dengan penyakit de novo, dibandingkan dengan penyakit kekambuhan. Ini membawa pertanyaan apakah ADC kini telah masuk ke dalam lini pengobatan pertama. Hasil utama dari DESTINY-Breast09 menunjukkan, “Strategi ini akan berhasil, namun kita juga perlu menjawab pertanyaan mengenai durasi terapi pertama ini. Apakah pasien harus terus melanjutkan terapi hingga progresi penyakit?”
T-DXd saat ini juga sedang diteliti sebagai bagian dari regimen neoadjuvan dan adjuvan di uji klinis fase 3 DESTINY-Breast11 dan DESTINY-Breast05. Menurut Sammons, saat ADC bergerak ke lini pengobatan lebih awal, penting untuk menilai tolerabilitasnya. “Kita perlu menyeimbangkan efek samping dan efikasi,” katanya, menekankan bahwa dengan meningkatnya hasil bagi pasien, tolerabilitas juga harus diperhatikan.
Sammons juga menunjukkan antusiasme terhadapa ADC di kanker payudara triple-negatif (TNBC), yang membutuhkan perhatian lebih. Hasil uji klinis ASCENT-04 menunjukkan kombinasi sacituzumab govitecan-hziy (Trodelvy) dan pembrolizumab (Keytruda) berhasil menawarkan harapan baru bagi pasien TNBC positif PD-L1.
Dia lalu menyoroti studi lain yang menggunakan sacituzumab tirumotecan untuk pasien TNBC negatif PD-L1, yang mendapat hasil PFS median 13,4 bulan, yang merupakan yang terlama untuk lini pertama TNBC. Rakyat perlu tetap mengikuti perkembangan terbaru dan data yang mengubah praktik dalam onkologi.
Hasil dari studi ini menegaskan potensi T-DXd ditambah pertuzumab berperan penting dalam pengobatan HER2 positif. Dengan hasil PFS yang lebih baik dan munculnya ADC dalam lini pengobatan awal pasien, ini dapat menjadi langkah besar di bidang onkologi. Namun, masih ada pertanyaan terkait durasi dan tolerabilitas terapi yang perlu dijawab ke depannya.
Sumber Asli: www.onclive.com