Jasmin McKee, 26, mengalami kanker serviks stadium tiga setelah menunda screening. Ia mengingatkan pentingnya mengikuti tes, meskipun ada ketakutan, dan mendukung perubahan jadwal screening di Inggris menjadi setiap lima tahun untuk wanita berisiko rendah.
Seorang wanita berusia 26 tahun asal Southampton, Jasmin McKee, kini sedang berjuang melawan kanker serviks stadium tiga. Ia merasakan sakit punggung bagian bawah dan perdarahan setelah berhubungan seks pada 2023, dan awalnya mengira itu akibat alat kontrasepsi yang baru dipasang. Ia mengaku menunda pemeriksaan serviksnya setelah terpengaruh oleh cerita-cerita menakutkan yang didapatnya secara online, yang mengindikasikan prosedur itu menyakitkan.
Setelah akhirnya menghadiri tes tersebut pada Maret 2024, McKee terkejut saat hasilnya menunjukkan bahwa dia terinfeksi virus human papillomavirus (HPV), yang contributor utama kanker serviks. Ini tentu menjadi kabar buruk; 99% dari semua kanker serviks disebabkan oleh HPV, yang ditularkan melalui kontak seksual. Dokter juga menemukan adanya sel abnormal di leher rahimnya, dengan biopsi yang mengonfirmasi diagnosis kanker.
Kanker itu teridentifikasi dalam stadium tiga, yang berarti telah menyebar ke jaringan di sekitarnya. Menurut data dari Cancer Research UK, sekitar 60 persen pasien pada stadium ini tidak akan bertahan lebih dari lima tahun. McKee menggambarkan saat mendengar diagnosisnya, perasaannya seolah everything just goes a bit numb. Biopsi menunjukkan bahwa kanker itu agresif dan prognosanya tidak baik.
“Saya sangat menyesal menunda tes screening saya,” ungkapnya. “Rasanya tidak perlu dikhawatirkan. Saya masuk dan keluar dalam waktu 10 menit dan rasanya tidak menyakitkan.” Ia mengingatkan pentingnya untuk mengikuti setiap tes yang dijadwalkan dan bahwa tidak ada rasa malu dalam melakukannya.
Setelah menjalani operasi untuk mengangkat tumor pada November lalu, sayangnya, dokter tidak dapat menghapus seluruh tumor dan kanker terus berkembang. Ia memulai radioterapi pada Januari tahun ini, dan setelah itu menyampaikan kabar dukanya kepada keluarganya. Namun, sayangnya, setelah pemindaian, diketahui bahwa radioterapi tidak efektif, sehingga kemoterapi diperlukan pada bulan April.
Saat ini, McKee sedang menjalani delapan siklus kemoterapi setiap tiga minggu dan diharapkan selesai pada awal September 2025. Ia bertekad, setelah sembuh nanti, akan memanfaatkan setiap kesempatan untuk mendapatkan kebahagiaan dari hidupnya. Ini adalah harapan yang luar biasa di tengah bencana yang menimpanya.
Bersamaan dengan kisahnya, NHS England baru-baru ini mengumumkan perubahan dalam jadwal pemeriksaan serviks. Wanita berisiko rendah berusia 25-49 tahun kini akan diundang untuk pemeriksaan setiap lima tahun, bukan setiap tiga tahun, sejalan dengan kebijakan yang berlaku di negara lain. Alasan di balik perubahan ini didasarkan pada bukti dan rekomendasi dari Komite Skrining Nasional Inggris, yang menunjukkan bahwa tes setiap lima tahun sama efektifnya dengan tiga tahun.
Meskipun banyak yang khawatir dengan perubahan ini, NHS menekankan bahwa pendekatan ini bertumpu pada penelitian ilmiah yang solid. “Jika Anda positif HPV, kami akan memantau lebih dekat dengan tes tambahan dan janji temu lanjutan,” kata seorang juru bicara. Kementerian kesehatan Inggris juga mencatat bahwa kematian akibat kanker serviks di Inggris telah berkurang 54 persen selama 25 tahun terakhir berkat vaksin HPV yang diberikan kepada remaja.
NHS juga mendorong setiap orang yang khawatir tentang gejala kanker serviks untuk segera menghubungi dokter. Gejala termasuk perdarahan tidak normal, nyeri saat berhubungan seks, atau perubahan pada keputihan. Semua ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga kesehatan reproduksi dan melaksanakan pemeriksaan secara rutin untuk menggendong harapan bagi banyak perempuan di luar sana.
Kasus Jasmin McKee mengingatkan betapa pentingnya deteksi dini dalam menangani kanker serviks. Dengan perubahan jadwal pemeriksaan di Inggris, diharapkan kesadaran akan risiko kanker meningkat, dan lebih banyak wanita yang mengambil tindakan proaktif untuk menjaga kesehatan mereka. Deteksi dini memungkinkan penanganan yang lebih baik dan peluang kelangsungan hidup yang lebih tinggi.
Sumber Asli: www.dailymail.co.uk